Translator : Sai Kuze
Chapter 21 - Penyerangan Lord Diento [Bagian 2]
Aku berteleportasi ke lantai satu dan mengejar ketiga wanita elf tersebut. Meninggalkan ruang bawah tanah, mereka berjalan ke ruangan di ujung aula dan muncul di tengah-tengah lorong utama.
Sebuah tangga utama yang besar tersusun menuju lantai dua dari pintu masuk utama, dan tangga menuju lantai tiga tampaknya berada di kedua sisi lantai dua yang menghadap satu sama lain. Di bagian atas tangga utama, potret seorang pria dengan rambut beruban dan perut yang menonjol menghiasi dinding. Di tengah ruangan tergantung sebuah lampu gantung besar, dan keragaman furnitur mewah yang ditunjukkan di tempat ini menunjukkan kekuatan pemilik dari tempat ini.
“Kamar lord feudal ada di lantai tiga. Masih tidak ada yang mengawasi aula ...... ini aneh〜? ”
Elf bekas tawanan berambut pendek itu bergumam ketika dia melihat sekeliling aula utama sebelum nyala api terbentuk di tangan kanannya. Dia mungkin akan menembakkan sihir roh pada setiap penjaga yang bertugas.
"Para pekerjanya disebarkan menuju lokasi kebakaran diseluruh kota ......"
Aku menyuarakan pendapatku setelah aku bertemu dengan mereka di aula tengah. Lantai aula terbuat dari marmer yang dipoles dan membuat suara ketika aku berjalan menggunakan armorku, jadi aku tidak sengaja berhenti.
“Baguslah! Mari kita buru-buru memburu babi itu !! ”
Elf berambut panjang itu tertawa tanpa takut ketika angin kencang memenuhi ruangan dan diam-diam melompat ke udara. Ponta meneriakan gongonggan ketika kain tipis wanita itu berkibar tertiup angin saat dirinya mendarat di lantai dua.
Dia pasti seorang manipulator angin seperti Ponta.
Dua lainnya dengan cepat berlari mengejarnya saat mereka menuju tangga lantai tiga.
"Kyun Kyun!"
Karena Ponta sudah nyaman di kepalaku, aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk berpindah menuju barisan depan di lantai tiga.
Ketika aku sampai di lantai tiga aku mendengar pria dan wanita menjerit-jerit ketika suara peperangan terdengar di kedalaman aula.
Dengan suara 「 Doon 」, aku melihat pelayan wanita berlari dari kedalaman aula yang dihiasi dengan armor-armor ornamental yang dibalut dengan mantel suci.
Mereka mungkin adalah saksi mata peristiwa malam ini. Jika kesaksian mereka mengatakan bahwa seorang kesatria yang mencurigakan ada di sini, akan menjadi merepotkan dimasa depan.
Telekomunikasi belum diciptakan dan banyak orang yang memakai armor di kota, jadi kesaksian mereka mungkin tidak akan banyak membantu, tetapi aku tetap harus berhati-hati di sini.
Ketika aku melihat salah satu pelayan wanita setengah telanjang semakin mendekat, aku berpindah ke samping dan pura-pura menjadi salah satu armor hias. Ponta, yang ada di atas kepalaku, membaca suasana dan tidak bergerak sedikit pun. Dari sisi yang dilalui mereka Ponta seperti bulu yang sering terlihat pada pelindung kepala roman. Sementara aku memikirkan hal-hal sepele seperti itu, pelayan lain berlari keluar dari ruangan.
Dua pintu yang dulu terlihat mewah kini tanpa ampun digempur dan apa yang tampaknya menjadi tubuh para penjaga kini berserakan. Di sana-sini aku bisa melihat anggota tubuh yang hilang dari jiwa-jiwa malang ini yang berserakan.
Melangkah melewati ambang pintu, aku menemukan diriku di kamar tidur dengan ukuran yang cukup besar. Bahkan dengan mataku yang tidak terlatih aku dapat melihat bahwa barang-barang di ruangan ini semuanya mahal, dari patung-patung yang indah sampai kanopi dengan sebuah tempat tidur besar di dalamnya.
Seluruh ruangan dipenuhi benda-benda seperti kristal disebuah lilin, yang menerangi ruangan seperti lampu pijar.
Di bagian belakang ruangan, terlihat lukisan yang mirip dengan lukisan yang digantung di aula, di depannya ada seorang lelaki menyedihkan dengan tubuh bagian bawahnya terbuka sepenuhnya dan pisau di tangannya.
Elf berambut panjang menendang separuh bagian bawah pria itu dengan sekuat tenaga.
“Gyaahiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii !!!!”
Pria yang berteriak seperti dia mengalami akhir dari dunia mungkin adalah lord; sementara tubuh ini hanya terbuat dari tulang, sendi-sendi pinggulku bergetar.
Lord feudal bahkan tidak terjatuh saat dia memegang bagian dalam pahanya, tertutup keringat dan terengah-engah, dia dengan putus asa berteriak dengan suara yang tegang.
"Kau……! A-Apakah kau berpikir bahwa kau dapat melakukan sesuatu seperti ini kepadaku dan lolos begitu saja !! Aku seorang marquis dari kerajaan ini !! Didepan matamu adala-a-a──── ”
Pada feudal yang menahan rasa sakit di antara pahanya, Ariane melepas tudung jubahnya dan memandang rendah dirinya seperti sebuah kotoran.
Kulit lilac yang disembunyikannya menjadi terlihat, rambut putih saljunya acak-acakan, dan kristal didalam ruangan memberikan pencahayaan membuatnya terlihat seperti sedikit memerah. Suasana di sekelilingnya terasa dingin saat dia melangkah maju.
“Apakah kau mungkin telah salah paham? Bahkan jika kau terbunuh di sini, kerajaan ini tidak dalam posisi untuk membalas perbuatan kerajaan elf Kanada. Oleh karena itu, yang telah melanggar perjanjian Rhoden…. Disingkirkan. ”
Ketika dia memberi perintah dengan nada dingin, dia memasukkan selembar sobekan ke mulut si marquis, dan berbalik dan mengangguk pada kedua elf yang telah melepaskan kekuatan sihir di belakangnya.
Keduanya segera bergegas menuju marquis; hanya jeritan tertahan yang bisa didengar di kamar ketika darah disemprotkan di sekitarnya. Aku merasa seperti sedang menonton sebuah adegan dari sebuah drama gangsta. Tidak peduli seberapa tinggi kemampuan tubuh ini, lebih baik tidak memprovokasi mereka ......
Ketika mencoba untuk melarikan diri dari realitas kebrutalan di dalam ruangan, aku menemukan sebuah pintu kokoh yang tertutup rapat dengan lubang kunci yang terlihat kuat.
Lubang kunci yang terukir indah sudah cukup untuk menciptakan rasa ingin tahu tentang apa yang ada di sisi lain pintu.
Aku menarik pedangku dari pinggang dan menebas pintu itu. Kunci untuk mencegah penyusup tidak berguna karena pintunya mudah dipotong secara diagonal seperti selembar kertas yang dipotong dengan gunting.
Setelah aku menyingkirkan apa yang tersisa dari engsel pintunya, aku maju ke dalam untuk mencari barang-barang dan karya-karya seni yang mahal yang dijejalkan di dalam ruangan; sekali lihat sepertinya aku tidak menemukan barang-barang yang dapat kugunakan disini.
Ada beberapa peti kayu di belakang, dan ketika aku membukanya, aku menemukan bahwa peti itu penuh dengan kantung kulit yang dipenuhi koin emas.
Apakah seperti yang orang-orang katakan 'emas tidak akan gagal memikat hati seseorang'? Aku merasa seperti aku memasang seringai yang tidak disengaja di wajahku ketika aku menemukan harta karun ini. Meskipun tidak memiliki otot wajah untuk tersenyum ...
Seperti yang diduga akan sulit untuk mengambil seluruh koin emas saat ini, tetapi aku bisa mengambil sedikit jika aku mengemas kembali beberapa kantung kulit.
Seperti yang Ariane katakan sebelumnya, caraku mendapatkan kekayaan memang meragukan. Kupikir tidak akan ada yang keberatan jika aku mencurinya dari sini.
Sebuah tangga utama yang besar tersusun menuju lantai dua dari pintu masuk utama, dan tangga menuju lantai tiga tampaknya berada di kedua sisi lantai dua yang menghadap satu sama lain. Di bagian atas tangga utama, potret seorang pria dengan rambut beruban dan perut yang menonjol menghiasi dinding. Di tengah ruangan tergantung sebuah lampu gantung besar, dan keragaman furnitur mewah yang ditunjukkan di tempat ini menunjukkan kekuatan pemilik dari tempat ini.
“Kamar lord feudal ada di lantai tiga. Masih tidak ada yang mengawasi aula ...... ini aneh〜? ”
Elf bekas tawanan berambut pendek itu bergumam ketika dia melihat sekeliling aula utama sebelum nyala api terbentuk di tangan kanannya. Dia mungkin akan menembakkan sihir roh pada setiap penjaga yang bertugas.
"Para pekerjanya disebarkan menuju lokasi kebakaran diseluruh kota ......"
Aku menyuarakan pendapatku setelah aku bertemu dengan mereka di aula tengah. Lantai aula terbuat dari marmer yang dipoles dan membuat suara ketika aku berjalan menggunakan armorku, jadi aku tidak sengaja berhenti.
“Baguslah! Mari kita buru-buru memburu babi itu !! ”
Elf berambut panjang itu tertawa tanpa takut ketika angin kencang memenuhi ruangan dan diam-diam melompat ke udara. Ponta meneriakan gongonggan ketika kain tipis wanita itu berkibar tertiup angin saat dirinya mendarat di lantai dua.
Dia pasti seorang manipulator angin seperti Ponta.
Dua lainnya dengan cepat berlari mengejarnya saat mereka menuju tangga lantai tiga.
"Kyun Kyun!"
Karena Ponta sudah nyaman di kepalaku, aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk berpindah menuju barisan depan di lantai tiga.
Ketika aku sampai di lantai tiga aku mendengar pria dan wanita menjerit-jerit ketika suara peperangan terdengar di kedalaman aula.
Dengan suara 「 Doon 」, aku melihat pelayan wanita berlari dari kedalaman aula yang dihiasi dengan armor-armor ornamental yang dibalut dengan mantel suci.
Mereka mungkin adalah saksi mata peristiwa malam ini. Jika kesaksian mereka mengatakan bahwa seorang kesatria yang mencurigakan ada di sini, akan menjadi merepotkan dimasa depan.
Telekomunikasi belum diciptakan dan banyak orang yang memakai armor di kota, jadi kesaksian mereka mungkin tidak akan banyak membantu, tetapi aku tetap harus berhati-hati di sini.
Ketika aku melihat salah satu pelayan wanita setengah telanjang semakin mendekat, aku berpindah ke samping dan pura-pura menjadi salah satu armor hias. Ponta, yang ada di atas kepalaku, membaca suasana dan tidak bergerak sedikit pun. Dari sisi yang dilalui mereka Ponta seperti bulu yang sering terlihat pada pelindung kepala roman. Sementara aku memikirkan hal-hal sepele seperti itu, pelayan lain berlari keluar dari ruangan.
Dua pintu yang dulu terlihat mewah kini tanpa ampun digempur dan apa yang tampaknya menjadi tubuh para penjaga kini berserakan. Di sana-sini aku bisa melihat anggota tubuh yang hilang dari jiwa-jiwa malang ini yang berserakan.
Melangkah melewati ambang pintu, aku menemukan diriku di kamar tidur dengan ukuran yang cukup besar. Bahkan dengan mataku yang tidak terlatih aku dapat melihat bahwa barang-barang di ruangan ini semuanya mahal, dari patung-patung yang indah sampai kanopi dengan sebuah tempat tidur besar di dalamnya.
Seluruh ruangan dipenuhi benda-benda seperti kristal disebuah lilin, yang menerangi ruangan seperti lampu pijar.
Di bagian belakang ruangan, terlihat lukisan yang mirip dengan lukisan yang digantung di aula, di depannya ada seorang lelaki menyedihkan dengan tubuh bagian bawahnya terbuka sepenuhnya dan pisau di tangannya.
Elf berambut panjang menendang separuh bagian bawah pria itu dengan sekuat tenaga.
“Gyaahiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii !!!!”
Pria yang berteriak seperti dia mengalami akhir dari dunia mungkin adalah lord; sementara tubuh ini hanya terbuat dari tulang, sendi-sendi pinggulku bergetar.
Lord feudal bahkan tidak terjatuh saat dia memegang bagian dalam pahanya, tertutup keringat dan terengah-engah, dia dengan putus asa berteriak dengan suara yang tegang.
"Kau……! A-Apakah kau berpikir bahwa kau dapat melakukan sesuatu seperti ini kepadaku dan lolos begitu saja !! Aku seorang marquis dari kerajaan ini !! Didepan matamu adala-a-a──── ”
Pada feudal yang menahan rasa sakit di antara pahanya, Ariane melepas tudung jubahnya dan memandang rendah dirinya seperti sebuah kotoran.
Kulit lilac yang disembunyikannya menjadi terlihat, rambut putih saljunya acak-acakan, dan kristal didalam ruangan memberikan pencahayaan membuatnya terlihat seperti sedikit memerah. Suasana di sekelilingnya terasa dingin saat dia melangkah maju.
“Apakah kau mungkin telah salah paham? Bahkan jika kau terbunuh di sini, kerajaan ini tidak dalam posisi untuk membalas perbuatan kerajaan elf Kanada. Oleh karena itu, yang telah melanggar perjanjian Rhoden…. Disingkirkan. ”
Ketika dia memberi perintah dengan nada dingin, dia memasukkan selembar sobekan ke mulut si marquis, dan berbalik dan mengangguk pada kedua elf yang telah melepaskan kekuatan sihir di belakangnya.
Keduanya segera bergegas menuju marquis; hanya jeritan tertahan yang bisa didengar di kamar ketika darah disemprotkan di sekitarnya. Aku merasa seperti sedang menonton sebuah adegan dari sebuah drama gangsta. Tidak peduli seberapa tinggi kemampuan tubuh ini, lebih baik tidak memprovokasi mereka ......
Ketika mencoba untuk melarikan diri dari realitas kebrutalan di dalam ruangan, aku menemukan sebuah pintu kokoh yang tertutup rapat dengan lubang kunci yang terlihat kuat.
Lubang kunci yang terukir indah sudah cukup untuk menciptakan rasa ingin tahu tentang apa yang ada di sisi lain pintu.
Aku menarik pedangku dari pinggang dan menebas pintu itu. Kunci untuk mencegah penyusup tidak berguna karena pintunya mudah dipotong secara diagonal seperti selembar kertas yang dipotong dengan gunting.
Setelah aku menyingkirkan apa yang tersisa dari engsel pintunya, aku maju ke dalam untuk mencari barang-barang dan karya-karya seni yang mahal yang dijejalkan di dalam ruangan; sekali lihat sepertinya aku tidak menemukan barang-barang yang dapat kugunakan disini.
Ada beberapa peti kayu di belakang, dan ketika aku membukanya, aku menemukan bahwa peti itu penuh dengan kantung kulit yang dipenuhi koin emas.
Apakah seperti yang orang-orang katakan 'emas tidak akan gagal memikat hati seseorang'? Aku merasa seperti aku memasang seringai yang tidak disengaja di wajahku ketika aku menemukan harta karun ini. Meskipun tidak memiliki otot wajah untuk tersenyum ...
Seperti yang diduga akan sulit untuk mengambil seluruh koin emas saat ini, tetapi aku bisa mengambil sedikit jika aku mengemas kembali beberapa kantung kulit.
Seperti yang Ariane katakan sebelumnya, caraku mendapatkan kekayaan memang meragukan. Kupikir tidak akan ada yang keberatan jika aku mencurinya dari sini.