Sunday 24 February 2019

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 19

Translator : Sai Kuze

Chapter 19 - Rencana Kolaborasi [Bagian 2]


Kerajaan Rhoden ibukota Olav, di dalam istana kerajaan, seorang pria dengan urat biru terlihat di tangannya melemparkan cangkir perak ke lantai ruang pribadi yang diterangi oleh kristal lampu sihir.

Terdengar suara benturan logam tumpul ketika cangkir menyentuh lantai sebelum perlahan-lahan berguling ke sudut ruangan. Harum aroma anggur yang mengisi cangkir menyebar ke seluruh ruangan.

Mata kedua orang pria di ruangan itu mengikuti cangkir ketika berguling-guling di lantai, sebelum mereka saling melirik dan kembali menatap pria yang melemparkannya.


"Bajingan! Kenapa harus saat ini! Mengapa Earl Hoban terbunuh di saat-saat seperti ini?!”


Pria yang melemparkan cangkir itu sedang duduk di sofa kulit dan mengepalkan tangannya sekuat yang dia bisa. Wajahnya yang biasanya tampan berubah tak seperti biasanya dan kemarahan yang mendalam memenuhi mata birunya. Orang ini tidak lain adalah Douglass Shishle Carunon Rhoden Vetoran, pangeran kedua Rhoden.


"Kami mengalami kesulitan menghubungi orang-orang di Hoban karena kekacauan besar yang disebabkan oleh pemberontakan."


Salah satu pria yang memandangi pangeran Douglass berbicara kepadanya dengan nada serius.

Warna rambut pria itu merupakan campuran abu-abu dan cokelat, dia memiliki janggut yang terlihat berwibawa, tetapi hanya aura maskulinitas yang bisa dirasakan dari tubuh berotot pria itu.

Dia adalah Marudoira De Olsterio, salah satu dari tujuh duke Rhoden dan Mayor Jenderal kesatuan tentara nasional. Dia adalah orang yang telah membaca laporan dari infromannya di Hoban.


"Jika para Haunting Wolve itu tidak muncul di jalan utama kita bisa menghentikan rencana Sect!"

"Yang Mulia, kita bisa mencegah pemberontakan seandainya monster tidak memaksa kita untuk menunda rencana kita."


Ketika Douglass mulai mencaci para monster, pria di samping Marudoira melangkah untuk menenangkannya.

Pria yang berbicara mengenakan seragam militer menutupi tubuhnya yang gemuk, dia adalah Setorion De Olsterio, salah satu dari tiga jenderal Rhoden.

Terlepas dari upaya Setorion, Pangeran Douglass melanjutkan amarahnya.


“Itu terlalu bagus untuknya! Sekarang Sect akan dapat mengambil keuntungan dari situasi saat ini dan memadamkan pemberontakan."


Kedua jenderal itu menghela nafas tanpa melihat Pangeran Douglass yang marah.

Awalnya mereka seharusnya bertemu dengan Earl Hoban dan berkonspirasi untuk membunuh Pangeran Sect. Namun, jalan utama yang mengarah ke Hoban terdapat ancaman dari para monster dan Earl Hoban terbunuh ketika terjadi pemberontakan.


“Saya hanya bisa mengatakan semua ini terjadi karena kebetulan saja. Kita harus fokus pada kesempatan selanjutnya……​​”


Marudoira mulai berbicara dengan suara keras.

Anggota pasukan pribadi raja telah dikirimkan untuk mengurusi monster di sepanjang jalan utama.

Akan sulit untuk meninggalkan ibukota sampai keadaan menjadi tenang, membuat seluruh rencana mereka untuk mengunjungi Hoban menjadi sia-sia, dan mengunjungi tempat lain tidak mungkin tanpa persiapan.


"Juliana juga sepertinya menyelinap menuju Rinburuto tanpa terdeteksi!"


Ketika Douglass menggumamkan kekesalannya, seseorang mulai menggedor pintu ruangan.


“Marudoira-sama! Terdapat masalah mendesak yang membutuhkan perhatian anda!"


Jenderal Setorion dengan cepat merespons dengan membuka sedikit pintu untuk menerima laporan pengantar pesan.

Tentara itu memberi hormat kepada Jenderal Setorion sebelum membisikkan isi pesan di telinganya.

Setorion mengangguk menanggapi pesan itu dan menyuruh mundur tentara itu sebelum membisikkan apa yang didengarnya ke telinga ayahnya.


"Apa?"


Pangeran Douglass, yang sejauh ini diam selama percakapan tadi, bertanya pada Marudoira apa yang terjadi.

Marudoira meninjau kembali apa yang didengarnya sebelum mulai berbicara dengan Pangeran Douglass.


"Yang Mulia, bangunan utama perusahaan Etsuato diserang. Penyerang sepertinya cukup terampil dan perwakilan perusahaan meminta bantuan dari tentara …… Bagaimana kita harus merespons?”


Kerutan terbentuk di dahi Pangeran Douglass saat dia mendengarkan laporan itu.


"Mengapa masalah seperti ini muncul satu persatu?!"


Etsuato bukan hanya perusahaan dagang utama, perusahaan itu juga digunakan untuk mengevaluasi harga budak elf dipasaran, oleh karena itu dia tidak bisa menolak permintaan bantuan mereka.

Saat ruangan itu penuh dengan sumpah serapah pangeran Douglass, Setorion menghela napas sebelum beralih menatap Marudoira yang berwajah muram.


“Ayah dan saya akan mengurusi hal ini. Kami akan mengambil beberapa tentara pribadi anda untuk membantu mengusir para kriminal. Mereka pasti akan sangat berterima kasih kepada Mayor Jenderal karena secara langsung membantu dalam situasi ini."

"Lakukan semaumu."


Melihat senyum masam Douglass pada proposalnya, Setorion membalasnya dengan tersenyum.

Setelah Mayor Jenderal Marudoira menerima perintah pangeran Douglass, dia perlahan meninggalkan ruangan.

Ketika Setorion hendak pergi, dia tiba-tiba berbalik menghadap pangeran Douglass dan mulai berbicara.


"Yang mulia. Mengenai apa yang terjadi di Hoban ada laporan yang belum dikonfirmasi, sepertinya elf terlibat dalam hal itu.”

"Apa!?"


Dengan satu kalimat itu, Pangeran Douglass kembali meninjau rencana masa depannya hingga saat ini dalam pikirannya.


"Penyerangan perusahaan dagang Etsuato kemungkinan merupakan perbuatan mereka."

"……Apa maksudmu?"


Suara sang pangeran penuh dengan ketegangan dan kekhawatiran ketika dia menanyai Setorion.


“Sejujurnya, saya menerima laporan bahwa elf milik Diento tanpa diketahui telah menghilang setelah pembunuhannya. Lord Hoban sebelumnya membeli elf padanya. Meskipun tidak ada yang dikonfirmasi, hal yang sama mungkin terjadi di Hoban……”


Setorion tetap mengklaim dengan sempurna saat dia menyuarakan kecurigaannya.


"Apakah kau mengatakan bahwa elf merupakan dalang kekacauan itu? Itu pemikiran yang mengerikan …… tetapi sejak awal aku sangat meragukan mereka bisa memasuki istana.”

“Namun, semuanya masuk akal jika mereka memiliki seseorang yang membimbing mereka dari dalam …… Diento mulanya merupakan sebuah benteng, tetapi anda sudah melihat hasilnya. Jika kita berasumsi bahwa keributan di kota merupakan tipuan, maka ada kemungkinan seseorang itu akan membimbing mereka untuk mengambil nyawa anda.”

"……Apa yang harus kita lakukan?"

“Akan lebih baik jika anda bersembunyi di lokasi yang tidak diketahui. Kita harus menuju ke ruang rahasia anda di distrik pertama. Yang mulia."


Douglass ragu sejenak sebelum memberikan anggukan kecil, Setorion melanjutkannya dengan memberi perintah kepada pembawa pesan yang menunggu di luar ruangan.


"Siapkan kereta untuk yang mulia di pintu belakang. Secepatnya.”


Ketika mereka menerima sebuah tanda konfirmasi, Douglass dan sekelompok kecil penjaga kekaisaran berjalan ke pintu belakang.

Karena hanya anggota keluarga kerajaan dan kerabat dekat mereka yang tahu tentang rencana itu, hanya suara langkah kaki sekelompok orang yang bisa terdengar di aula yang hampir kosong.

Meskipun menyelinap di malam hari tanpa lampu, kelompok itu dengan cepat tiba di pintu belakang tempat kereta hitam kecil dengan lambang keluarga kerajaan disiapkan.

Di depan kereta ada empat penjaga yang menunggangi kuda.

Setorion membuka pintu kereta dan membiarkan Douglass masuk terlebih dahulu sebelum dirinya memasuki kereta.

Begitu keduanya berada di dalam suara cambuk terdengar dan kereta segera menuju gerbang belakang.

Para tentara yang ditempatkan di gerbang hanya membiarkan kereta melewatinya ketika mereka melihat lambang yang menghiasi kereta itu.

Kereta hitam itu melaju melintasi trotoar batu di daerah perumahan distrik pertama.

Suasana di dalam kereta cukup berat karena hanya gesrekan kereta dan ketukan kuku yang bisa terdengar.

Tiba-tiba kuda-kuda itu mulai meringkik dan kereta berhenti mendadak, menyebabkan Douglass kehilangan keseimbangan dan jatuh.


"Apa yang terjadi?!"


Alih-alih jawaban, suara para penjaga menyerang sesuatu dan awal pertempuran yang intens terdengar di luar.


"Setorion! Apa yang terjadi?!"


Douglass mengintip ke luar jendela dan memandang ke arah jalanan yang gelap, tetapi hanya bisa melihat bayangan yang bergerak.


“Tolong tenanglah Yang Mulia. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."


Setorion menghunuskan pedang mewah yang tergantung di pinggangnya dan menusuk pangeran Douglass di dadanya saat dia mengatakan itu.

Saat dia melihat ke bawah pada pedang perak yang menancap di dadanya dan kembali menatap Setorion, mata sang pangeran penuh kebingungan.


“…… K-Kau ……?”


Kata-katanya terbata-bata ketika kepalanya terkulai dan darah mulai mengalir dari mulutnya.

Seolah menunggu saat itu, pintu kereta terbuka dan satu orang mamasuki kereta.

Setorion dengan cepat menarik pedangnya dari dada Douglass dan menyarungkannya sebelum berlutut di depan orang yang memasuki kereta.


"Sepertinya semuanya berjalan sesuai rencana ...... meski ada beberapa masalah."


Perawakan orang itu tinggi, berambut cokelat muda dan berwajah tampan, dan dia menunjukkan senyum tipis saat dia mengucapkan terima kasih kepada Setorion yang berlutut.


Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 19

Wednesday 6 February 2019

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 18

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 18




Translator : Sai Kuze

Chapter 18 - Rencana Kolaborasi [Bagian 1]


Hanya beberapa orang saja yang akan mengunjungi ruangan ini, maka aku membuka pintu dan mengundang orang yang mengenakan jubah abu-abu.

Bahkan dengan jubahnya, mudah untuk mengidentifikasi orang yang dimaksud berkat dadanya yang sangat diberkahi sementara dia menatap Chiome yang sedang memberi makan Ponta, buah beri kering.

Saturday 2 February 2019

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 17

Translator : Sai Kuze

Chapter 17 - Ibukota Olav [Bagian 2]


Ada topi besar di kepalanya dan matanya menatap langsung ke arahku. Dia memiliki rambut hitam pendek dan mengenakan pakaian hitam yang sepertinya memudahkannya untuk bergerak.

Meskipun tingginya hanya sekitar 150 cm, sarung tangan di lengannya, pelindung kakinya dan belati di pinggangnya tidak memberikan kesan seorang gadis kota.


Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 17


Mata gadis itu tertuju pada Ponta sejenak sebelum menatapku kembali.