Wednesday 27 June 2018

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 1 Chapter 17

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 1 Chapter 17
 

Translator : Sai Kuze

Chapter 17 - Menunggu untuk Menyusup [Bagian 2]


Setelah membahas persiapan penyusupan dengan Ariane, Danka memakai tudungnya kembali, menariknya sekali lagi menutupi matanya sebelum duduk dengan tangan terlipat di dadanya, dan dengan tenang menutup kelopak matanya. Ternyata masih ada sedikit waktu sebelum penyusupan.


"Kalau begitu, sepertinya aku harus menyelesaikan beberapa urusan ..."


Sembari berbicara, aku berdiri dan memanggul tasku. Sebagai sebuah tanggapan, Ponta yang sedang bersantai diatas meja dan dielus-elus Ariane mengeluarkan suara "Kyun!" sebelum bangkit dan melompat ke pundakku.

Meskipun tatapan Ariane sedikit iri ketika dia melihat pemandangan ini, sembari menatapku, dia membuka mulutnya dan berkata: "Aku mengerti maksudmu, tapi ..."


"Karena sudah sejauh ini, aku tak akan lari ..."


Dia sepertinya mengkhawatirkan sesuatu, tetapi ketika aku mencoba meyakinkannya, dia menggelengkan kepalanya seolah mengatakan bahwa apa yang ia khawatirkan berbeda.


“Aku tidak khawatir tentang hal itu sekarang. Yang ingin ku katakan itu, kembali secepat yang kau bisa. ”


Setelah mengatakan ini, dia berbalik. Entah bagaimana, aku sepertinya telah mendapatkan kepercayaannya. Dengan anggukan, aku berkata, “Aku akan segera kembali” sebelum meninggalkan tempat dudukku. Ponta lagi-lagi mengambil tempat duduk biasanya, dan mengibas-ngibaskan ekor belakangnya dan terasa dibagian belakang pelindung kepalaku.

Meninggalkan desa kedai, aku menyusuri jalan dan berjalan menuju daerah yang dipenuhi toko-toko. Toko-toko sudah ditutup; cahaya yang keluar dari jendela dan cahaya dari tiang lampu yang tipis menjadikan satu-satunya sumber penerangan.

Saat aku tiba di depan toko yang ingin aku kunjungi, pintunya sudah tertutup, sama seperti semua toko lain di sekitarnya. Papan kayu dengan desain pedang dan perisai serta ukiran nama toko senjata digantung di atas toko.


“Ahh ~, sudah kuduga, tokonya sudah tutup ~. Mau gimana lagi; aku harus datang lagi besok… ”


Sembari memastikan apakah tokonya masih terbuka, aku mendengar seorang pria muda berbicara pada dirinya sendiri.

Ketika aku berbalik untuk melihat ke belakangku, seorang pria berusia dua puluhan yang sedang duduk di kereta kuda yang berhenti di jalan sebelum toko senjata menundukan kepalanya. Dilihat dari suasana disekitarnya dan penampilannya, dia mungkin seorang pedagang. Berbagai macam jenis bawaannya tertumpuk di atas kereta dan dapat terlihat karena sedikit cahaya yang terpancar dari jalanan.


"Apakah Pedangang-dono memiliki urusan dengan toko senjata ini?"

“Eh? Ah! ha-halo, Ksatria-sama! ”


Ketika aku menyapanya, pedagang muda itu terlihat kebingungan saat dia berbalik ke arahku. Ketika dia melihat dengan jelas pelindung kepala perak di atas jubah hitamku, dia beranjak dari keretanya dengan terburu-buru dan menundukkan kepalanya.


“Aku hanya seorang petualang yang berkelana; tidak perlu terlalu formal. Jadi, apakah Pedagang-dono memiliki urusan dengan toko senjata ini? ”

'Eh? Ah! Betul. Aku berencana datang ke sini untuk membeli senjata, tetapi perjalananku menuju kota ini mengalami hambatan ... ”


Pedagang muda itu mengatakannya dengan senyum terpaksa. Ini tentu saja berkah dari Tuhan. Senjata yang aku kumpulkan dari para penculik beberapa waktu lalu tidak lain hanyalah sebuah beban.


"Oh, kebetulan, aku datang ke sini ingin menjual senjata ke toko ini, tetapi sialnya toko ini sudah tutup ... Jika Pedagang-dono menginginkannya, maukah membelinya dariku?"

“Benarkah begitu ?! Um, dan bisakah kau menunjukkan macam-macam jenis senjatanya ...? ”

"Tentu saja. Meskipun ini adalah hasil rampasan saat aku menghabisi para bandit ... ”


Sembari mengatakannya, aku meletakkan tasku di tanah, lalu membukanya.

Sebagai tanggapan dari pernyataanku, pedagang muda itu memiliki ekspresi kekecewaan yang terlihat jelas, setelah itu dia buru-buru menutupinya dengan senyuman. Apakah buruk kalau aku mengatakan bahwa senjata-senjata ini berasal dari para bandit?

Aku mengambil salah satu pedang dari tas dan menyerahkannya. Pedagang muda itu dengan enggan memegang pedang, menariknya dari sarungnya untuk memeriksa kondisinya.

Setelah itu, senyuman yang ia pertahankan sebelumnya berubah, memperlihatkan wajah gembira. Tetapi ekspresinya, yang sangat jelas terlihat, terlalu polos ​​bagi seorang pedagang; sebagai pelangganmu, aku dapat melihatnya dengan mudah ...

Pedagang muda itu mengambil lampu dari barang bawaannya, memakai cahayanya saat dia menarik setiap senjata dari sarungnya untuk memeriksa kondisi mereka satu persatu.


“Apakah kau benar-benar mendapatkan ini dari para bandit? Senjata-senjata ini ditempa dari baja yang sangat halus ?! Tidak perlu ada perbaikan; dengan sedikit pengasahan, senjata-senjata ini bisa langsung dijual! ”


Bukan dari para bandit, sebenarnya senjata-senjata ini diambil dari kelompok penculik yang menangkap para elf, tetapi tidak perlu mengatakan hal itu.

Namun dengan begitu, sepertinya bandit normalnya tidak memiliki senjata yang bagus dengan kondisi seperti itu ... mungkin hal ini karena pada dasarnya mereka adalah sekumpulan para pecundang yang hanya bisa menjarah dan merampok.

Ekspresi kecewanya saat mendengar bahwa senjata ini diambil dari para bandit mungkin karena fakta bahwa senjata-senjata ini sangat mungkin bukan barang berkualitas tinggi.

Ketika pemuda itu selesai memberikan penilaian harga untuk senjata-senjata ini, dia melipat kedua tangannya di depan senjata yang sudah dijejerkan dan mengerang ketika dia melihat mereka.


"Hm ~ m, lima belas untuk senjata berkualitas tinggi dengan kondisi baik, tetapi untuk senjata dengan kualitas yang lebih tinggi ..."


Pedang yang dipegang pemuda itu, jika aku tidak salah, adalah pedang yang dibawa oleh pria yang tidak kompeten itu. Meskipun tidak kompeten, dia sepertinya memiliki pedang yang bagus.

Satu hal yang menjadi cirinya adalah detail dari sarung pedang dan kilauan pedangnya  yang sangat jelas berbeda dengan pedang lainnya.

Bagaimanapun, dia tidak menyadari bahwa ketika dia sedang bergumam sendiri, suara resah terdengan dari dirinya. Seandainya dia menyembunyikan informasi sebelumnya, dia mungkin bisa menawar harga yang lebih murah dan menjualnya dengan harga mahal di tempat lain ...

Aku penasaran, akankah orang ini bisa sukses sebagai pedagang?


"Ketika digabungkan keseluruhannya, dengan uang yang aku miliki, aku tidak mampu membeli semuanya ... lalu, gimana enaknya ya ... hm ~ m."

“Bagaimana kalau 10 seok perbiji, 150 seok semuanya, Pedagang-dono?
(TL Note: 'Seok' ini kemungkinan gabungan dari sek dan sok)


Karena akan ada operasi penyusupan setelah ini, aku tidak ingin terlalu membawa banyak barang bawaan. Aku tidak peduli dengan mendapatkan lebih sedikit uang dalam tawar-menawar yang tidak menguntungkan karena aku tidak khawatir tentang uang saat ini.


“Eh !? Bukankah harga beli biasanya 30 ?! ”

"... Pedagang-dono, sebaiknya kau tidak mengatakan tentang fakta semacam itu ..."


Ketika pedagang muda itu mengatakan harga yang terlalu tinggi untuk setiap pedang dan aku menawarkan beberapa saran, dia dengan panik menutup mulutnya dengan tangannya.

Ini cukup menyenangkan membiarkan pedagang yang baik hati ini menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Karena sekarang aku ingin membuang semua isi bawaanku pada pedagang ini, harganya tidak menjadi masalah, dan aku sekali lagi menyarankan harga 150 koin emas.


"Terima kasih banyak! Yah ~, baru-baru ini area di sekitar perbatasan utara sering melaporkan pengrusakan yang disebabkan oleh monster, jadi aku datang ke sini berencana menjual senjata dan barang-barang seperti logam berkualitas tinggi. ”

“Hmm, aku mengerti. Itulah yang terjadi, ketika aku berjalan dijalanan yang melewati kota Rubierute beberapa waktu yang lalu, aku mendengar bahwa baru-baru ini ada sebuah ledakan besar telah terdengar. Untuk mempersiapkannya, orang-orang disana pasti bersedia membeli senjata berkualitas dengan harga yang tinggi, kan? ”

"Benarkah!? Terima kasih atas informasi yang berharga! ”


Pemuda itu tersenyum gembira ketika dia memberiku tatapan penuh dengan rasa terimakasih, menumpuk senjata di keretanya dan dengan semangat tinggi, dia menarik pelana kudanya untuk menuju ke penginapan terdekat. Aku mengamatinya dan dia berbalik ke belakang, menundukkan kepalanya, membuatku merasa bahwa aku ingin terus mendukungnya meskipun hanya bertemu untuk pertama kalinya.

Ponta tampak seperti menunjukan 'selamat tinggal' padanya ketika ekor berbulunya berdiri dan bergoyang-goyang. Aku sangat terkesan mungkin jika ada kesempatan lain, binatang roh mungkin bisa menempel padanya ...

Saat memikirkan hal itu, aku menyimpan 150 koin emas ke dalam tasku yang sekarang lebih ringan dan mengembalikannya ke punggungku sebelum mulai berjalan kembali.

Karena Ariane dan Danka masih berada di desa kedai, aku lebih baik bergabung dengan mereka sebelum keberangkatan.

Aku kembali ke desa kedai ditempat duduk yang sama sebelumnya dengan Ariane dan Danka kemudian duduk di kursi kosong.


“Cepat sekali. Urusanmu sudah selesai? "


Ariane bertanya sementara dia menggunakan daging tusuknya yang baru saja dibeli sebagai umpan untuk memancing Ponta.

Mata Danka tetap tertutup, tangannya masih terlipat.


"Ya, aku tadi menjual jarahan dari orang-orang itu dengan harga bagus."

"Aku kagum. Apa yang kau urus tadi itu ternyata ... ”


Ketika aku memberi tahu dia tentang urusanku sebelumnya,  saat dia menatapku Ariane memiliki ekspresi yang tercengang. Ketika Ponta yang terlihat kelaparan di dekatnya melompat ke atas meja, tergoda oleh umpan, Ariane menangkapnya, dengan cepat menggosok-gosok bulu di perutnya, dan kemudian memeluknya.

Sembari mengamati interaksi seperti ini, kami mengobrol ngalor-ngidul saat menunggu waktu berlalu.

Malam sudah semakin larut; secara berurutan, kedai di sekitar mulai berberes-beres. Danka, yang dari tadi tertidur, tiba-tiba berdiri dan bertukar pandangan dengan Ariane.

Ariane mengangguk dan dengan tenang meninggalkan tempat duduknya.


"Ayo pergi"


Ketika aku meninggalkan tempat dudukku, Ponta, yang tertidur diatas meja, mengangkat kepalanya dan buru-buru berlari ke arahku. Setelah menjemputnya dan menempatkannya di tempat duduk yang biasanya, aku memegang tasku dan mengikuti Denka yang berjalan memimpin.

Yah, akan bagus kalau hal ini berakhir dengan singkat‒‒‒

Sementara aku menggumamkan keinginan kecil itu, aku berjalan melewati jalanan gelap yang hampir tanpa manusia.



[ Volume 1 Chapter 17 SELESAI ]




Like Fanspage Facebook kami supaya tidak ketinggalan update!!
😌


3 comments


EmoticonEmoticon