Thursday, 20 September 2018

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 2

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 2


 
Translator : Sai Kuze

Chapter 2 - Bergerak Menuju Raratoria [Bagian 2]


Pohon-pohon dihutan tersingkap, dan terlihat sebuah desa yang benar-benar berbeda dari desa manusia.

Desa itu dikelilingi oleh dinding persegi yang mungkin tingginya lebih dari tiga puluh meter dan tampak seperti itu adalah bagian dari kota.

Ketika kami mendekati struktur itu, aku melihat terdapat ukiran seekor tikus yang terukir di dinding.

Pilar-pilar kayu berwarna hijau terang hingga mencapai puncak dan tak ada celah yang terlihat pada struktur itu; yang semuanya menghasilkan sesuatu yang mengesankan dan menakjubkan pada penglihatanku.

Dinding-dindingnya dikelilingi oleh segudang duri yang membentang sampai ke dasar dinding kayu.

Berkat semua itu, dinding itu tampak seperti balok hijau besar.

Gerbang berbentuk lengkungan di depan hanya cukup lebar untuk dilewati dua orang secara bersamaan dan tidak terlalu tinggi. Pintu besinya terbuat dari logam hitam yang dipasang di atas gerbang, dan sepertinya itu sangat berat untuk dipindahkan.

Di atas gerbang ada sesuatu yang tampaknya menjadi menara pengawas, tetapi atapnya bulat seperti silinder datar, yang secara keseluruhan memberi kesan seperti jamur.

Keempat gadis mulai dengan gembira berlari menuju gerbang ketika itu terlihat.

Bahkan dari sini, sosok dua elf yang berjaga di menara pengawas bisa terlihat saat mereka menunjuk dengan jari-jari mereka.


"Haa, kita akhirnya berhasil."

"Aku cukup lelah-"


Senna dan Oona keluar dari hutan dan menunjukkan ekspresi lega ketika mereka akhirnya kembali ke rumah mereka.


"Buka gerbangnya!! Aku Ariane Glenys Maple! Dan dia Danka Neil Maple! Kami kembali dari misi penyelamatan orang-orang yang telah ditangkap para manusia!"


Ariane mengambil posisi tegak di depan gerbang dan meneriakkan perkenalan diri sebelum dengan tenang menunggu jawaban.

Tak lama, pintu besi mulai naik dengan suara berderit, diikuti oleh suara kayu yang bergesek ketika pintu di belakangnya juga terbuka.


"Aku akan mencoba mendapatkan izin dari tetua, jadi Arc kau harus menunggu di sini untuk sementara waktu."


Dia pergi setelah mengatakan demikian; Danka, Senna, Oona, dan keempat gadis itu mengikuti melewati gerbang, dan dua elf penjaga gerbang keluar untuk menggantikan mereka.

Setelah mereka menghilang di dalam gerbang, kedua penjaga melangkah kedepan gerbang. Salah satu dari mereka menatapku sementara mata yang satunya tertuju pada fluffy fox yang duduk di atas kepalaku.

Aku bergerak sedikit menjauh dari gerbang dan menurunkan karung-karung koin emas dan duduk disana sembari menunggu Ariane.

Adapun Ponta, dia menghabiskan waktu pada tantangan barunya dengan sungguh-sungguh berusaha meraih ekor besarnya sendiri. Dia secara bertahap mendekati ekornya sebelum memutar tubuhnya dan kemudian menerjang ekornya.

Kucing yang aku pelihara di rumah orang tuaku melakukan hal yang sama, apakah ini sesuatu seperti "Hidup seperti Larry!"?
(TL Note: Idiom yah artinya mungkin hampir-hampir seperti itu lah)

Sementara aku memikirkan hal-hal sepele dan mengawasi perjuangan tanpa akhir Ponta, langit menjadi gelap.

Sudah sekitar tiga puluh menit.

Dari dalam menara pengawas, cahaya oranye mengusir kegelapan di sekitarnya. Itu membuatku berpikir bahwa tidak seperti kota manusia, disini sebenarnya ada lampu listrik.

Tunggu, di kastil lord Diento sepertinya ada sesuatu yang mirip seperti ......

Akhirnya, Ariane muncul dari balik gerbang yang diterangi cahaya.


"Arc! Aku mendapatkan izin tetua! Kemarilah!"


Setelah panggilannya, aku berdiri dan meletakkan karung-karung koin emas di atas bahuku sebelum berjalan menuju gerbang. Ponta dengan gelisah mengikutiku.

Di bawah bimbingan Ariana, aku berjalan melewati pintu besi. Dinding tebal sekitar 5 meter. Setelah melewati pintu besi bagian dalam, aku akhirnya memasuki desa Raratoia.

Apa yang aku lihat di dalam desa meninggalkan kesan yang aneh.

Ada ladang tanaman di dalam dinding, padang rumput yang luas untuk memungkinkan hewan ternak memakan rumput dan rumah-rumah kayu bertebaran di daerah itu. Tidak seperti tempat tinggal manusia, rumah-rumah di sini berbentuk jamur. Masing-masing memiliki dek kayu yang sedikit terbuka dan atap yang membentang ke atas. Pola yang unik diukir pada pilar-pilar pendukung rumah-rumah itu, dan sekilas saja budaya etniknya sendiri dapat terlihat.

Meskipun pemandangannya menenangkan, trotoarnya terbuat dari batu yang indah dan lampu jalan ditempatkan secara teratur, jadi tidak perlu khawatir tentang kemana kau melangkah.

Jika dilihat dari kejauhan, kombinasi cahaya dan langit malam menciptakan pemandangan yang fantastis.

Dari apa yang aku lihat, kualitas hidup di sini lebih tinggi dari para manusia.

Dengan Ariane memimpin diriku maju melewati desa, sementara dua warrior dari pos penjaga didekat dengan pintu masuk dengan tenang mengikuti di belakang kami. Mereka mungkin di sini untuk mengawasiku.

Setelah beberapa saat, akhirnya kami tampaknya sampai di tujuan kami.

Kami berdiri di depan pohon besar ... tidak, itu adalah bangunan yang dikombinasikan dengan pohon besar.

Terletak di antara akar tebal pohon besar ada sebuah rumah besar. Tempat tinggal itu seperti campuran antara yang alami dan buatan, dan aku tidak tahu bagaimana itu dibuat.

Namun, cahaya lampu merembes keluar dari beberapa jendela dari pohon yang menerangi seluruh area, memberikannya kesan penampilan yang bermartabat.


“Ini adalah rumah tetua. Ayo masuk."


Mengatakan demikian, Ariane membuka pintu kayu dan menyuruhku untuk masuk. Namun, sebelum aku bisa melangkah, Ponta sudah menyelinap ke dalam dengan cepat.

Apakah kau mungkin mencium sesuatu yang membangkitkan selera makanmu?

Melewati pintu masuk mansion, aku memasuki apa yang tampak seperti lorong atrium. Pilar besar berjejer di tengah mansion dan aku bisa melihat berbagai jalur yang terhubung ke lantai tiga. Sepertinya aku akan bisa kesana dengan mengambil tangga kiri atau kanan di lantai ini.

Di seluruh mansion terdapat lampu lantai dengan kristal yang dipasang di dalamnya, yang menerangi ruangan dengan cahaya hangat. Bahkan intensitas cahaya berbeda dibandingkan dengan lampu minyak yang digunakan di kota-kota manusia.

Dua elf berada di tengah aula, sementara Ariane pergi ke samping mereka.

Salah satu elf memiliki rambut pirang dan tampaknya berusia akhir dua puluhan atau awal tiga puluhan. Dia mengamatiku dengan teliti sembari mengangkat alis. Elf ini mengenakan pakaian yang mirip dengan seorang pendeta Shinto, perbedaannya pakaian itu dihiasi dengan simbol-simbol aneh para elf.

Yang satu lagi adalah dark-elf seperti Ariane dan memiliki rambut putih panjang yang dikepang dan ditaruh di belakang tengkuk lehernya yang berwarna lilac. Dia mengenakan pakaian tradisional, dan aku menyadari ternyata bukit kembarnya lebih besar dari pada milik Ariane.


“Apakah anda Arc? Saya menyambut anda di rumah kami. Saya Dylan Targ Raratoia, tetua desa ini. Tampaknya anda sudah menjaga putri saya.”


Elf pria memperkenalkan dirinya sembari mengulurkan tangannya.

Pada kata-katanya, aku bisa merasakan bahwa Ariane sedikit tidak nyaman. Meskipun satu-satunya reaksinya adalah bahunya sedikit gemetar.

Dia benar-benar mengatakan bahwa dirinya berasal dari Maple, tetapi dia tidak mengatakan bahwa itu adalah tempat kelahirannya.

Aku menanggapi jabatan tangan ayah Ariane dan menyalaminya.


“Saya adalah ibu Ariane, Glenys Aruna Raratoia. Dan juga saya berusia 170 tahun.”


Setelah aku mengalihkan pandanganku ke Ariane setelah perkenalan ibunya, aku melihat bahwa dia menggelengkan kepalanya. Tampaknya usianya berbeda dari apa yang Ariane katakan, itu tidak akan banyak berubah jika sedikit lebih tinggi atau lebih rendah.

Sulit untuk bereaksi terhadap perkenalan keluarga yang akrab seperti itu, tetapi aku entah bagaimana berhasil memeras sebuah tanggapan yang benar.


“Ini pertama kalinya saya bertemu dengan seorang tetua. Juga istrinya. Namaku Arc, seorang petualang yang berkelana.”

“Ah, kita seharusnya tidak berbicara di sini. Mari kita bicara di lantai dua saat kita makan malam. ”


Tetua dari Raratoia, Dylan menyarankan agar kami membawa perbincangan ini ke lantai dua. Aku setuju itu dan mengikuti mereka menuju lantai atas.

Ada sebuah ruangan besar di lantai dua yang berfungsi sebagai ruang makan; kursi ditempatkan di sekitar meja kayu dan dapur tampaknya terletak lebih jauh di belakang mansion. Bau-bauan yang menyengat melayang menuju ruangan dari dapur.

Ponta segera melompat ke atas meja dan duduk. Aku duduk di kursi yang direkomendasikan oleh Dylan dan meletakkan karung-karung disebelah kaki ku.

Ibu Ariane, Glenys, mengatakan bahwa supnya sudah matang, dan kembali ke dapur.

Setelah Ariane duduk dikursinya, Dylan duduk dan sedikit menundukkan kepalanya.


“Saya mendengar inti dari situasi ini dari putri saya. Atas nama semua elf, kami berterimakasih dengan tulus kepada anda. Saya tidak pernah membayangkan ada seseorang yang mampu menggunakan sihir teleportasi. Meskipun Ariane memiliki anda sebagai kekuatan tempur yang tak terduga, itu masih mengejutkan bahwa putri saya membunuh feudal lord pada perjalanannya kali ini… ..”


Dylan tersenyum kecut sembari menggaruk bagian belakang kepalanya. Orang yang dimaksud, Ariane, memalingkan muka dengan ekspresi tidak senang di wajahnya.


“Perjanjian atau tidak, para bangsawan dari Rhoden mengabaikannya. Bahkan jika mereka terbunuh, mereka tidak dalam posisi untuk mengeluhkannya!”

"Tetap saja kau tidak boleh ceroboh ketika mendiskusikan masalah ini ... aku ingin bertanya, kenapa kau pergi ke kastil feudal lord setelah kau menyerang markas para penculik?"


Untuk menjawab pertanyaan ini, aku merangkum pertemuanku dengan wanita ninja.


“…… Seseorang dari pegunungan dan dataran. Apakah manusia menyebut mereka beastmen? Orang-orang dari pegunungan dan dataran secara sepihak diburu dan dijadikan budak oleh para manusia.”


Ras beastmen adalah target penganiayaan, seperti yang kuduga.


“Orang itu mungkin bagian dari kelompok yang disebut 'Emancipator' yang tujuannya adalah membebaskan orang-orang yang diperbudak dari pegunungan dan dataran yang membentang di seluruh kerajaan. 'Emancipator' dibentuk sekitar 600 tahun yang lalu, dan bahkan ada desas-desus bahwa kelompok itu bekerja sebagai mata-mata di Leburan Empire ...... Jaringan intelijen mereka jangkauannya luas, dibandingkan dengan kita yang tinggal di hutan ...... Aku mengerti."


Dylan menyilangkan lengannya seperti memikirkan sesuatu, tetapi dia menjatuhkan bahunya tak lama kemudian.


"Bagaimanapun, kali ini, strategi yang biasa berhasil jadi aku akan mengirim kabar baik ke ibukota melalui burung whisper ...... namun, karena ini perlu dibahas di Dewan Tetua Agung, saya perlu berbicara dengan mereka secara pribadi, tetapi mengaktifkan formasi sihir teleportasi akan membutuhkan banyak batu sihir ... ”


Mengatakan demikian, Dylan menjatuhkan bahunya lagi dan mendesah.


“Oh, aku punya sesuatu untuk itu ……”


Aku mengambil karung-karung koin emas dan menarik keluar tas ku yang berada didalamnya. Aku meraih isinya dan mengambil batu sebesar kepalan tangan bayi dan menyerahkannya kepada Dylan. Diterangi cahaya ruangan, batu sedikit bersinar berwarna ungu.

Itu adalah batu sihir yang aku ambil dari Giant Basilisk selama pencarian koleksi ramuan di dekat desa Rata.


“Ini …… apa ini baik-baik saja? Sebuah batu sihir dengan kemurnian ini bisa digunakan sebagai sumber daya yang cukup besar untuk alat sihir, kan? ”


Dylan berbicara dengan nada terkejut ketika dia menegaskan bahwa batu yang ada di tangannya adalah batu sihir.

Batu-batu sihir tampaknya digunakan sebagai sumber daya untuk alat-alat sihir, meskipun aku tidak mengerti cara kerjanya. Selain itu, batu itu tidak terlalu berharga bagiku, itu hanya sesuatu yang kumiliki.


“Ini akan menjadi kesempatan sempurna untuk menguji batas alat sihir dengan batu sihir ini. Ada juga kontrak penjualan budak elf yang ditemukan dari markas penculik untuk dipertimbangkan.”


Aku mengaduk-aduk tas ku sebelum mengambil perkamen yang disegel dan menyerahkan semuanya kepada Dylan.

Dia menempatkan batu sihir itu ke samping, melepas tali perkamen, dan membaca isi beberapa kontrak penjualan.


“Nama-nama beberapa orang disebutkan berulang kali dalam kontrak ini ... saya belum pernah mendengar tentang Drusus De Barishimon. Setelah itu, Londes De Lanbaltic dan Ferris De Hoban. Yang terakhir, jika aku tidak salah Hoban adalah nama kota yang terletak di antara pegunungan Annette dan Parnassus ...”


Dylan dengan saksama memeriksa kontrak penjualan beberapa saat, tetapi tak lama kemudian ekspresinya melunak.


“Ketika saya menuju Maple besok, saya akan membahas masalah yang disebutkan sebelumnya dan kontrak penjualan. Karena tidak ada kontak diplomatik dengan Rhodan, saya mungkin mengharuskan Ariane untuk melakukan pengumpulan informasi dan operasi penyelamatan lagi ……”


Dylan tersenyum pahit, tetapi Ariane benar-benar tidak peduli, seolah-olah ini adalah kejadian biasa.

Karena dia akan pergi ke ibukota elf, itu adalah kesempatan yang sempurna untuk membuang beberapa bawaan yang tidak ku butuhkan kepadanya.


“Karena kita punya kesempatan, saya ingin tahu apakah anda bersedia membawa koin emas ini juga?”

"Saya tidak keberatan, tapi bukankah ini barang jarahan yang anda dapatkan?"


Dylan mengembalikannya dengan ekspresi terkejut dan tidak bisa tidak menjawab dengan jujur. Awalnya, emas berasal dari penjualan budak elf. Karena uang itu dihasilkan melalui cara-cara ilegal, tidak mungkin ada permintaan publik untuk pengembaliannya. Ada juga kemungkinan bahwa mereka bahkan tidak tahu siapa yang mencurinya di tempat pertama.

Ketika aku mengatakan kepadanya tentang hal itu, dia mengangkat alisnya, tetapi sepertinya dia telah menyetujuinya. Ini benar-benar mengambil beban dari punggungku.


"Terima kasih. Kami mungkin akan menggunakan ini untuk membeli gandum dari wilayah Rinburuto Arch Dukedom. Karena Canada sebagian besar terdiri dari hutan, cukup sulit untuk menanam gandum. Hmm, anda harus tinggal di sini untuk sementara waktu. Anda memiliki izin dari saya untuk keluar-masuk Raratoia.”

“Sekarang hal-hal sulit sudah selesai kan? Haruskah kita makan? Hari ini aku membuat rebusan krim.”


Setelah menerima izin untuk keluar-masuk Raratoia dari Dylan, ibu Ariane, Glenys, menyiapkan panci rebusan krim di atas meja.

Sekeranjang roti putih lembut juga ditempatkan di meja makan, diikuti oleh salad tiap orang.

Bahkan Ponta menerima porsinya sendiri dan segera mencoba memakannya namun dia langsung menjauhkan lidahnya karena masih sangat panas. Setelah itu dia duduk dan menunggu dengan sabar untuk mendinginkannya.

Sementara aku melihat rebusan yang menggugah selera di depanku, aku sedikit bingung tentang apa yang harus dilakukan. Saat itulah Dylan mengatakan kepadaku:


“Saya mendengar tentang tubuh anda dari putri saya. Glenys dan saya baik-baik saja. ”


Mengatakan demikian, dia memberi isyarat padaku untuk memakannya.

Setelah memikirkannya, aku dengan tenang melepas pelindung kepalaku dan meletakkannya di meja ruang makan. Seperti yang diharapkan, ada perbedaan besar dalam reaksi mereka yang mengetahui dan tidak mengetahui, karena mereka berdua hanya sedikit terkejut dan dengan biasa merekomendasikan rebusan.

Pasti butuh keberanian besar untuk duduk dengan kerangka berlapis baja yang memiliki cahaya biru pucat, bukan mata.

Seperti yang direkomendasikan, aku mengambil sendok dan mengambil beberapa rebusan. Aku membawa rebusan daging dan sayur ke mulut dan memakannya. Rasa susu dan mentega menyebar melalui mulutku saat daging melumer.

Tidak seperti roti keras dan asam yang aku makan di kota manusia, roti ini lembut dan memiliki bau buah yang harum, hampir seperti roti yang biasa aku makan.

Ibu Ariane tampaknya koki yang sangat handal, sampai-sampai aku tidak bisa berhenti makan.


"Meskipun itu tepat di depanku, sulit untuk percaya bahwa kerangka sedang makan."


Dylan bergumam seperti dia menatapku dengan penuh minat. Aku setuju sepenuhnya, itu seperti perutku mengarah ke saku dimensi-keempat ...


“Anda pasti menyukainya. Jangan ragu-ragu ambil saja lagi.”

"Kyun!"


Ponta, yang berada di samping, terlebih dahulu bereaksi terhadap ucapan Glenys. Dia sudah membersihkan porsi kecil supnya dan meminta porsi tambahan. Piring itu bahkan bersinar.

Setelah aku selesai meletakkan sisa rebusan di perut dimensi-keempat ku. Aku mengacungkan piringku kepada Glenys pada saat yang bersamaan dengan Ariane.


"Nambah Mak."

"Saya juga nambah donk."


Bahkan jika aku memiliki tubuh kerangka, didalamnya aku ini masih manusia, dan setelah sekian lama akhirnya aku bisa menikmati makan bersama orang lain lagi.

Ini adalah bagaimana malam pertamaku di desa elf Raratoia berlangsung.



[ Volume 2 Chapter 2 SELESAI ]




Like Fanspage Facebook kami supaya tidak ketinggalan update!!
😌

2 comments

min vol 2 chapter 3 ko ga bisa dibuka
linknya ke chapter 2

Terimakasih sudah memberitahu, sekarang sudah diperbaiki gan.


EmoticonEmoticon