Translator : Sai Kuze
Chapter 11 - Strategi yang Terlupakan
Butuh sekitar tiga puluh menit sejak saat itu, kelompok sang putri menyelesaikan persiapan kereta lalu pergi ke arah timur, dan tak lama kemudian sosok mereka telah menyusut di kejauhan.
Aku menyingkirkan cabang pohon yang aku gunakan untuk menyembunyikan kepalaku.
Berdasarkan dengkuran yang terdengar, Ponta tampaknya tidur siang di atas pelindung kepalaku.
Berdiri perlahan agar tidak membangunkannya, aku mendesah pelan untuk menenangkan hatiku.
Hatiku tersapu ke arah di mana kereta itu menghilang dengan pikiran yang menyebabkan keringat dingin tak berhenti.
Apa yang aku pikirkan adalah seorang gadis bangsawan yang sederhana sebenarnya anggota dari beberapa keluarga kerajaan. Aku menghidupkan kembali mereka dengan sihir dan itu dianggap sebagai berkah para dewa.
Ketika aku menjadi cukup tenang untuk berpikir, aku menyadari kebangkitan adalah sihir yang sangat dicari, seperti sepasang saudara yang mencari batu filsuf untuk menghidupkan orang mati.
(TL Note: Mungkin referensi Fullmetal Ballcemist)
Manusia yang kubangkitkan tidak menjadi undead dan aku tidak melihat apapun sebagai efek sampingnya.
Sepertinya itu tidak selalu menghidupkan kembali semua yang mati, ada bagian-bagian yang kondisinya tidak jelas.
Ketegangan yang aku rasakan saat melemparkan sihir juga harus dipertimbangkan.
Meskipun sihir kebangkitan dan pemulihan adalah hal yang biasa dalam game, jika aku berlebihan di sini aku mungkin akan diakui sebagai orang suci atau sesuatu yang lain. Tidak, jika ditangani dengan tidak benar, hal itu bisa menghasilkan pembentukan agama baru. Maka akan ada kemungkinan agama baru memulai perang suci yang meliputi seluruh dunia.
(TL Note: Arc Kami-sama)
Akan berbeda jika itu adalah gadis desa atau putri bangsawan rendah yang dibangkitkan setelah kecelakaan, tetapi situasinya seratus kali lebih buruk karena itu adalah menghidupkan kembali putri yang telah terbunuh.
Satu hal yang pasti …… sejarah telah berubah selamanya.
───Tidak, di era seperti ini, bangsawan pastilah memiliki banyak putri, jadi sejarah tidaklah terlalu terpengaruh, …… Yah ku pikir sih begitu.
Selain itu, karena tidak ada saksi pastilah aku aman - mungkin inilah yang terbaik untuk menghindari menggunakan sihir kebangkitan sebanyak mungkin yang aku bisa.
Di dalam otakku, sebuah majelis nasional berkumpul sedang berdebat untuk mengatasi masalah ini.
“Hmm. Tidak ada yang terjadi."
Keputusan ini menang dengan mayoritas suara terbesar dan dalam beberapa saat, masalah itu dilupakan.
Agar tidak menganggu Ponta, aku berbalik perlahan dan kembali menuju jalur tempatku datang tadi.
Waktu sudah berlalu cukup lama sejak aku meninggalkan Ariane di hutan. Mengikuti penanda yang aku tinggalkan, aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk menerobos hutan.
Tak lama, aku menemukan tiga serigala putih besar dengan kaki belakang mereka terikat dan tergantung di dahan pohon, kepala mereka tertuju ke tanah.
Di pangkal pohon tempat serigala bergelantungan, duduk seorang dark-elf wanita yang sepertinya agak merajuk.
(TL Note: ngambek)
Dia duduk dengan mengangkat lututnya menyebabkan puncak kembarnya terdorong keatas lebih dari biasanya; aku pikir dia terlihat senang saat melihatku, tetapi dia kembali merajuk sesaat kemudian.
“Oi! Kau ini kemana saja?"
"Uh, maaf. Aku sedikit tersesat.”
Aku mendorong semak ke samping dan meminta maaf padanya sebelum berjalan menuju pohon dengan serigala yang tergantung.
"Dengan begini darah sudah selesai dikeringkan ...... Tolong bawa kita ke Raratoia."
“Ah, itu benar! Seharusnya aku mencari lokasi teleportasi yang cocok… .. ”
Aku kelupaan, Ariane telah memintaku untuk pulang sebentar ke Raratoia dan itulah alasan yang aku lupakan sejak awal.
Mendengar pernyataanku, dia mulai menatapku dengan ekspresi tertegun, seolah-olah dia tidak bisa mempercayainya.
Protesnya dapat dimengerti, sekitar satu jam yang lalu, aku pergi dengan alasan untuk menemukan penanda lokasi yang cocok.
“Tunggu, aku belum selesai …… Aku melupakan tujuanku karena aku sibuk mencari jalan kembali. Kali ini, aku akan mencari penanda lokasi yang cocok.”
Saat membela diri, aku mengalihkan perhatianku kearah gunung Annette yang mengintip di atas pepohonan, dengan cepat memberi tahu Ariane tentang tujuanku berikutnya.
Mempercayakan Ponta padanya yang masih tertidur, aku dengan tergesa-gesa berlari melewati hutan dengan 【 Dimensional Step 】.
Mengharapkan perasaannya yang sedang kesal akan disembuhkan oleh wajah tidur Ponta, aku mulai mencari lokasi yang bisa digunakan untuk 【 Transfer Gate 】.
Sepuluh menit kemudian aku sampai di sebuah dataran yang luas.
Di tengah dataran ada pohon besar yang dikelilingi semak-semak.
Meskipun berada di tengah hutan, pemandangan ini cukup mengesankan.
Aku melirik pohon yang menjulang tinggi dan menyadari aku satu-satunya orang yang berada disini, yang menyaksikan bunga-bunga bermekaran.
Itu mirip sekali seperti di Jepang, dan jika ini adalah duniaku yang dulu maka disekitar pohon itu akan ada ikatan jerami Shinto, tidak diragukan lagi.
(TL Note: Itu lho pohon2 Jepang yang biasanya diiket pake lilitan jerami yang bentuknya kek Gespernya Sasuke pas jadi murid Orochimaru)
"Hmm, sepertinya tidak ada masalah di sini."
Sembari bergumam pada diriku sendiri di hutan, aku mengukir tempat misterius ini dalam ingatanku. Untungnya, itu tidak terlalu sulit dilakukan karena pemandangan ini begitu mengesankan dan aku dengan cepat berangkat.
.
Langit yang terlihat di antara cabang-cabang pepohonan telah berawan, dan perlahan hujan mulai turun dari langit yang berwarna abu-abu.
Setelah kami berteleportasi ke Raratoia, perjalanan kami melewati hutan mungkin terhambat oleh cuaca.
Aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk kembali ke tempat di mana aku meninggalkan Ariane dan Ponta dan mulai berjalan keluar dari semak belukar.
Kemudian, di hadapanku, aku melihat Ariane memendam wajahnya di perut Ponta.
Aku menyingkirkan cabang pohon yang aku gunakan untuk menyembunyikan kepalaku.
Berdasarkan dengkuran yang terdengar, Ponta tampaknya tidur siang di atas pelindung kepalaku.
Berdiri perlahan agar tidak membangunkannya, aku mendesah pelan untuk menenangkan hatiku.
Hatiku tersapu ke arah di mana kereta itu menghilang dengan pikiran yang menyebabkan keringat dingin tak berhenti.
Apa yang aku pikirkan adalah seorang gadis bangsawan yang sederhana sebenarnya anggota dari beberapa keluarga kerajaan. Aku menghidupkan kembali mereka dengan sihir dan itu dianggap sebagai berkah para dewa.
Ketika aku menjadi cukup tenang untuk berpikir, aku menyadari kebangkitan adalah sihir yang sangat dicari, seperti sepasang saudara yang mencari batu filsuf untuk menghidupkan orang mati.
(TL Note: Mungkin referensi Fullmetal Ballcemist)
Manusia yang kubangkitkan tidak menjadi undead dan aku tidak melihat apapun sebagai efek sampingnya.
Sepertinya itu tidak selalu menghidupkan kembali semua yang mati, ada bagian-bagian yang kondisinya tidak jelas.
Ketegangan yang aku rasakan saat melemparkan sihir juga harus dipertimbangkan.
Meskipun sihir kebangkitan dan pemulihan adalah hal yang biasa dalam game, jika aku berlebihan di sini aku mungkin akan diakui sebagai orang suci atau sesuatu yang lain. Tidak, jika ditangani dengan tidak benar, hal itu bisa menghasilkan pembentukan agama baru. Maka akan ada kemungkinan agama baru memulai perang suci yang meliputi seluruh dunia.
(TL Note: Arc Kami-sama)
Akan berbeda jika itu adalah gadis desa atau putri bangsawan rendah yang dibangkitkan setelah kecelakaan, tetapi situasinya seratus kali lebih buruk karena itu adalah menghidupkan kembali putri yang telah terbunuh.
Satu hal yang pasti …… sejarah telah berubah selamanya.
───Tidak, di era seperti ini, bangsawan pastilah memiliki banyak putri, jadi sejarah tidaklah terlalu terpengaruh, …… Yah ku pikir sih begitu.
Selain itu, karena tidak ada saksi pastilah aku aman - mungkin inilah yang terbaik untuk menghindari menggunakan sihir kebangkitan sebanyak mungkin yang aku bisa.
Di dalam otakku, sebuah majelis nasional berkumpul sedang berdebat untuk mengatasi masalah ini.
“Hmm. Tidak ada yang terjadi."
Keputusan ini menang dengan mayoritas suara terbesar dan dalam beberapa saat, masalah itu dilupakan.
Agar tidak menganggu Ponta, aku berbalik perlahan dan kembali menuju jalur tempatku datang tadi.
Waktu sudah berlalu cukup lama sejak aku meninggalkan Ariane di hutan. Mengikuti penanda yang aku tinggalkan, aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk menerobos hutan.
Tak lama, aku menemukan tiga serigala putih besar dengan kaki belakang mereka terikat dan tergantung di dahan pohon, kepala mereka tertuju ke tanah.
Di pangkal pohon tempat serigala bergelantungan, duduk seorang dark-elf wanita yang sepertinya agak merajuk.
(TL Note: ngambek)
Dia duduk dengan mengangkat lututnya menyebabkan puncak kembarnya terdorong keatas lebih dari biasanya; aku pikir dia terlihat senang saat melihatku, tetapi dia kembali merajuk sesaat kemudian.
“Oi! Kau ini kemana saja?"
"Uh, maaf. Aku sedikit tersesat.”
Aku mendorong semak ke samping dan meminta maaf padanya sebelum berjalan menuju pohon dengan serigala yang tergantung.
"Dengan begini darah sudah selesai dikeringkan ...... Tolong bawa kita ke Raratoia."
“Ah, itu benar! Seharusnya aku mencari lokasi teleportasi yang cocok… .. ”
Aku kelupaan, Ariane telah memintaku untuk pulang sebentar ke Raratoia dan itulah alasan yang aku lupakan sejak awal.
Mendengar pernyataanku, dia mulai menatapku dengan ekspresi tertegun, seolah-olah dia tidak bisa mempercayainya.
Protesnya dapat dimengerti, sekitar satu jam yang lalu, aku pergi dengan alasan untuk menemukan penanda lokasi yang cocok.
“Tunggu, aku belum selesai …… Aku melupakan tujuanku karena aku sibuk mencari jalan kembali. Kali ini, aku akan mencari penanda lokasi yang cocok.”
Saat membela diri, aku mengalihkan perhatianku kearah gunung Annette yang mengintip di atas pepohonan, dengan cepat memberi tahu Ariane tentang tujuanku berikutnya.
Mempercayakan Ponta padanya yang masih tertidur, aku dengan tergesa-gesa berlari melewati hutan dengan 【 Dimensional Step 】.
Mengharapkan perasaannya yang sedang kesal akan disembuhkan oleh wajah tidur Ponta, aku mulai mencari lokasi yang bisa digunakan untuk 【 Transfer Gate 】.
Sepuluh menit kemudian aku sampai di sebuah dataran yang luas.
Di tengah dataran ada pohon besar yang dikelilingi semak-semak.
Meskipun berada di tengah hutan, pemandangan ini cukup mengesankan.
Aku melirik pohon yang menjulang tinggi dan menyadari aku satu-satunya orang yang berada disini, yang menyaksikan bunga-bunga bermekaran.
Itu mirip sekali seperti di Jepang, dan jika ini adalah duniaku yang dulu maka disekitar pohon itu akan ada ikatan jerami Shinto, tidak diragukan lagi.
(TL Note: Itu lho pohon2 Jepang yang biasanya diiket pake lilitan jerami yang bentuknya kek Gespernya Sasuke pas jadi murid Orochimaru)
"Hmm, sepertinya tidak ada masalah di sini."
Sembari bergumam pada diriku sendiri di hutan, aku mengukir tempat misterius ini dalam ingatanku. Untungnya, itu tidak terlalu sulit dilakukan karena pemandangan ini begitu mengesankan dan aku dengan cepat berangkat.
.
Langit yang terlihat di antara cabang-cabang pepohonan telah berawan, dan perlahan hujan mulai turun dari langit yang berwarna abu-abu.
Setelah kami berteleportasi ke Raratoia, perjalanan kami melewati hutan mungkin terhambat oleh cuaca.
Aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk kembali ke tempat di mana aku meninggalkan Ariane dan Ponta dan mulai berjalan keluar dari semak belukar.
Kemudian, di hadapanku, aku melihat Ariane memendam wajahnya di perut Ponta.