Saturday 27 October 2018

Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 10

Akhirnya ada waktu nerjemahin ini projek !!!!
Yang nanyain PDF Volume 2, seperti yang sudah saya katakan, PDF dibuat tiap 1 volume kelar.
Dan Chapter 10 ini masih ada dipertengahan volume 2, so sabar wae.

Untuk jadwal update projek ini sendiri, bisa dilihat di halaman "Schedule".
Dan karena domain blog ini sudah diupgrade menjadi TLD, menyebabkan tidak akan muncul dipencarian dalam beberapa waktu kedepan. Mayan .com $1.25 minat PM.
😂 

Maka dari itu saya sangat mengharapkan para pembaca memberikan komentar dan juga menyebarkan postingan ini di akun sosmed masing-masing.





Translator : Sai Kuze

Chapter 10 - Sesuatu yang Tidak Masuk Akal


Di bawah langit yang gelap dan berawan, dibalik bayang-bayang pepohonan di hutan saat aku melangkah ke arah teriakan yang kudengar beberapa waktu yang lalu.

Bau darah secara bertahap mulai bercampur dengan angin, dan suara gemuruh telah mereda. Hanya suara kakiku yang bergerak menembus semak-semak yang dapat terdengar saat ini.

Tak lama, jalur itu memperlihatkan jalanan yang membentang di antara hutan dan jurang.

Aku sekarang berdiri di tepi jurang yang dalamnya sekitar tiga meter.

Banyak mayat tersebar di jalanan dan bau darah bercampur ke seluruh area.

Di beberapa tempat, lubang-lubang tanah dan beberapa kobaran api masih menyala disana-sini. Pertarungan sengit sepertinya baru saja terjadi.

Ada lima serigala besar sedang menyantap mayat yang berserakan di sekitar medan pertempuran ini. Mereka menggerogoti tubuh, dan suara patahan tulang bergema di seluruh area.

Kelima serigala pastilah para Haunting Wolves yang kami kalahkan beberapa saat lalu, karena beberapa dari mereka memiliki bekas luka dari Ariane.

Ketika para Haunting Wolves tengah menyantap mangsanya. Begitu mereka melihatku, yang muncul dari semak-semak, mereka mengangkat kepala mereka dan mununjukan taring mereka padaku sembari perlahan-lahan mundur.

Sorotan mata mereka yang penuh waspada terus berlangsung cukup lama.


"Hiyattt !!!"


Ketika aku mengangkat tanganku di langit dan menyerang dengan kecepatan penuh sembari berteriak, jubahku berkibar ditiup angin, Haunting Wolves berbalik dan berlari.

Teriakanku yang keras itu secara tak terduga cukup efektif; bahkan Ponta terkejut hingga ia melingkar di leherku, membentuk sebuah syal wol bahkan sebelum aku menyadarinya.

Meminta maaf kepada Ponta, aku mengelus-elus bulu lembutnya.

Sebuah kereta kuda hitam besar terhenti di dekat pusat mayat-mayat yang berserakan, dan mayat-mayat di sekitarnya adalah ksatria dengan armor yang bagus. Mereka sepertinya berusaha melindunginya.

Melihat pemandangan ini memunculkan kesan seorang bangsawan dan pengawal mereka.

Keempat kuda yang diikat di bagian depan kereta itu tampaknya sudah mati, tetapi dua kuda dibelakangnya yang tidak bisa pergi kemanapun sedang meringkuk sembari menggaruk-garuk tanah dengan kuku-kuku mereka.

Selain itu, beberapa mayat yang sepertinya bandit tersebar di seluruh wilayah, dan aku belum melihat satu pun yang masih bernafas.

Ketika aku melihat Haunting Wolves beberapa saat yang lalu, aku percaya apa yang terjadi di sini adalah karena keterlibatan Ariane dan diriku sendiri, tetapi sepertinya itu tidak benar.

Dengan ringan aku melompat dari tepi jurang sedalam tiga meter, lalu memastikan untuk tidak menginjak siapa pun saat aku semakin mendekat.

Mayat-mayat berarmor yang terlihat cocok sebagai para pengawal memiliki bekas luka dari pedang dan panah. Hampir tidak ada dari mereka yang memiliki bekas gigitan dari Haunting Wolves.

Ada beberapa tubuh yang telah hangus hitam, mungkin dikarenakan serangan sihir, tetapi beberapa dari mereka dibunuh menggunakan senjata manusia.

Sementara aku memikirkan hal-hal seperti itu, aku berbalik ke arah bandit yang telah diserang oleh Haunting Wolves. Para pengawal kemungkinan besar telah mati pada saat bandit-bandit itu diserang.

Tubuh bandit di samping para pengawal tewas oleh pedang, tetapi kebanyakan dari mereka memiliki bekas gigitan dari Haunting Wolves. Ada seseorang yang kehilangan lengannya sementara yang lain terbaring di tanah dengan perutnya robek.

Ada mayat yang berpakaian seperti priest Shinto dan kepalanya hilang, tidak menyisakan apa pun kecuali mayat yang mengerikan.

Sembari memikirkan kekejaman dunia dan para dewa, aku berjalan menuju kereta, menghindari tumpukan mayat sebaik mungkin.

Pintu kereta terbuka, dan seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan telah terjatuh darisana. Kereta itu berlumuran darah, dan seorang gadis bangsawan yang tewas dengan gaun mewah sedang berbaring di lantai.

Darah itu meresap ke dalam rambut pirangnya yang panjang dan membasahi bibirnya sementara itu dadanya memiliki luka yang jelas disebabkan oleh senjata tajam.

Berdasarkan posisi pengawal dan lokasinya di kereta, gadis ini sepertinya cukup penting.

Darahnya masih hangat dan kulitnya belum pucat, kemungkinan waktu kematiannya belum lama.

Aku bahkan bisa melihat bekas-bekas air mata di sudut matanya, namun matanya yang setengah tertutup itu kosong, meninggalkan gadis itu dengan ekspresi tertidur.


“Kyua〜 ……”


Ponta menjerit sedih sembari masih melilit di leherku.

Membelai kepala Ponta, aku akhirnya memikirkan salah satu kemampuan sihirku.

Aku tahu tidak ada gunanya menggunakan sihir penyembuhan pada orang yang sudah mati. Namun, kelas pope dan bishop memiliki sihir pembangkitan.

Itu adalah mantra dasar di dalam game, jadi pertanyaannya adalah apakah itu akan bekerja di dunia ini seperti kegunaannya di dalam game.

Jika aku tidak salah, kelas menengah bishop memiliki mantra 【 Revival 】 yang dapat membangkitkan seseorang dengan 10% dari total HP mereka. Bahkan jika seseorang dihidupkan kembali dengan 10% dari HP mereka setelah terluka parah, jika luka mereka tidak segera disembuhkan mereka akan sekarat dan mati lagi.

Kelas Pope level tinggi memiliki mantra 【 Revival 】 yang sepenuhnya menyembuhkan target, tetapi aku penasaran bagaimana mantra itu bekerja dalam kenyataan.

Perasaan tidak menyenangkan merayap ke arahku saat memikirkan kematian gadis muda itu, jadi aku meletakkan tanganku di atas tubuhnya dan mempersiapkan diriku untuk mengeluarkan mantra sihir.


"【 Revival 】"




Novel Gaikotsu Kishi-sama, Tadaima Isekai e Odekake-chuu Bahasa Indonesia Volume 2 Chapter 10






Sihir diaktifkan tanpa masalah, karena terlihat tubuhnya mulai memancarkan cahaya keemasan yang menyilaukan dan luka di dadanya mulai menutup sendiri. Setelah cahaya keemasan memudar, tidak ada luka yang dapat terlihat di tubuh gadis itu.

Mantra ini seharusnya menghidupkan kembali target dengan HP penuh di dalam game, tetapi itu mungkin tidak menggantikan darah yang hilang dalam kehidupan nyata. Kereta masih berlumuran darah dan gaunnya masih berwarna merah.

Ketika aku meletakkan tanganku di arteri gadis itu ada denyut nadi yang terasa; Namun dia masih agak pucat dan belum sadarkan diri.

Dia bernapas dengan normal saat aku membawanya keluar dari kereta dan menempatkannya di depan kursi kusir.

Aku mengambil tubuh pelayan dan menempatkannya di samping kereta sebelum membersihkan kotoran dari dirinya dan melemparkan 【 Revival 】.

Sekali lagi, cahaya keemasan terpancar dari tubuhnya dan semua luka mulai sembuh.

Dia dihidupkan kembali tanpa hambatan, tetapi seperti gadis sebelumnya, dia belum sadarkan diri.

Sihir sepertinya bisa digunakan untuk membangkitkan, tetapi tampaknya tidak memberikan pembangkitan langsung seperti yang terjadi di dalam game.
(TL Note: Kalo di game nggak ada istilah pingsan/tak sarakan diri)

Aku hanya bisa berdoa agar mereka tidak menjadi monster yang lapar akan daging makhluk hidup setelah kebangkitan mereka, seperti dalam novel Stephen King ......

Sementara itu cukup bagus karena aku bisa menghidupkan kembali mereka, meninggalkan dua gadis sendirian di hutan hanya akan menyebabkan mereka terbunuh, dan itu tidak masuk akal untuk mengirim mereka kembali ke sungai Styx.
(TL Note: Styx sungai yang menuju ke alam baka)

Aku berjalan ke beberapa pengawal dari dua orang yang telah kubangkitkan dan mulai melemparkan 【 Revival 】 pada mereka sembari menghindari tubuh yang berpakaian seperti bandit.

Namun, aku menemukan fakta ternyata sihir pembangkitan tidak bisa membangkitkan semua orang.

Ketika aku melemparkan 【 Revival 】 pada mayat yang sangat rusak, lukanya sembuh tetapi orang itu sendiri tidak hidup kembali. Jika tubuh benar-benar terbakar atau kepalanya hilang, sihir pembangkitan tidak akan bekerja.

Aku hanya bisa menyampaikan belasungkawaku kepada seseorang yang berpakaian sebagai priest.

Bahkan jika mereka hidup kembali, mereka mungkin akan mati lagi.

Penyebab umum kematiannya kehilangan darah karena pendarahan masif, tetapi ada beberapa yang penyebab kematiannya aku tidak tau.

Beberapa tentara memiliki luka panah fatal di dada mereka, dan setelah mereka dihidupkan kembali mereka akan bernafas sebentar sebelum mati lagi.

Mungkin ada beberapa kondisi tertentu pada sihir pembangkitan, tetapi pada saat ini, aku masih tidak mengetahuinya.

Ketika aku meletakkan tanganku di pinggul dan melihat sekeliling, aku merasa pembangkitan semua orang membutuhkan sedikit energi. Sebanyak tiga puluh lebih orang telah dihidupkan kembali, jumlahnya pengawalnya sudah cukup untuk melintasi hutan dengan aman.

Sepertinya aku mengeluarkan sihir pembangkitan sedikit terlalu banyak, karena aku merasa agak lelah setelah menggunakan sihir sebanyak itu.

Menembakan beberapa sihir pembangkitan secara terus-menerus seharusnya cukup menguras manaku, tetapi tanpa interface game, aku harus mengandalkan inderaku daripada pengukur angka.

Mana yang hilang mungkin tidak akan menjadi masalah berkat efek dari 『 Overcoat of the Night Sky 』 yang aku pakai saat ini.

『 Overcoat of the Night Sky 』 memiliki efek mengembalikan sejumlah set mana dari waktu ke waktu, jumlahnya meningkat jika kau berdiri diam.
(TL Note: Mana regen, yang maen game pasti ngerti)

Lokasi di sekitar kereta itu berbau darah, namun sebagai satu-satunya ksatria yang berdiri disini, aku tetap tidak terpengaruh olehnya.

Aku pikir akan lebih baik untuk mengamati mereka setelah mereka dibangkitkan, lalu aku menggunakan 【 Dimensional Step 】 untuk bergerak kembali ke atas jurang dan berjongkok untuk bersembunyi di semak-semak.

Berkat armor metalku, aku menonjol di hutan, dan membuatku harus mematahkan ranting pohon untuk menutupi pelindung kepalaku.

Aku bisa mengamati kereta dan sekitarnya melalui celah kecil tanpa banyak masalah.

Aku telah memastikan mereka saat ini dapat pergi dengan aman──.



◆ ◇ ◆ ◇ ◆



POV Grup Juliana


Ketika kesadaran berangsur-angsur kembali dari dasar kegelapan jurang yang tak berujung, rasa pudar dari semua anggota tubuhnya mulai kembali dan bau yang tidak menyenangkan dan sensasi yang kuat menyebabkan dia membuka matanya sepenuhnya sadar.

Dia berjuang untuk menghirup udara seakan paru-parunya dipenuhi dengan lumpur, dia bahkan mendadak terbatuk-batuk sebelum akhirnya memperhatikan sekelilingnya.

Dia mengarahkan matanya pada kereta bernoda darah yang dia naiki beberapa saat yang lalu.

Putri Juliana merasa pusing ketika dia menggelengkan kepalanya mencoba untuk membersihkan kebingungannya, lalu memandang tubuhnya sendiri.

Gaun mewahnya kotor dengan warna darah dan memiliki lubang yang agak besar di daerah dada.

Adegan pedang yang menusuk dadanya melintas di benaknya dan menyebabkan dia memegang dadanya dengan panik. Namun, meskipun ada lubang di tempat dia ditikam, kulit di bawah ujung jarinya sama seperti biasa, tiada luka untuk ditemukan.


"...... Feruna."


Juliana tiba-tiba memanggil nama orang kepercayaannya dan pelayannya sebelum dengan panik melihat sekeliling.

Tak lama kemudian pikirannya menjadi jernih dan dia mengarahkan pandangannya pada kereta di depannya dan merangkak ke arahnya.

Dia menatap matanya pada sosok pelayan yang tampak tenang, Feruna. Ada lubang di area yang sama seperti dipakaiannya, dan dia dengan takut melirik dadanya.

Namun kulit cantik yang mengintip melalui lubang di pakaiannya tidak cukup untuk memastikan apakah ada luka tusukan pedang atau tidak. Juliana melangkah lebih dekat menuju Feruna dan dengan tenang menatap dadanya, lalu air mata kebahagiaan mengalir di wajahnya saat dia menghela nafas lega.

Apa yang telah terjadi, apa yang belum terjadi ... Pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar dalam hatinya itu sepele dibandingkan dengann kenyataannya Feruna selamat.

Melihat sekeliling, dia menyadari daerah itu kosong dan terbakar. Daerah sekitarnya mirip seperti gambaran neraka, karena tubuh para pengawal dan ksatria Juliana berserakan bersama dengan para musuh. Bahkan ada sesekali terlihat mayat yang hangus hitam.

Dia menatap pemandangan menyedihkan ini tanpa bisa berbicara, dan dengan desahan lain, Juliana melihat kembali Feruna ketika kelopak matanya mulai sedikit terangkat.


“Feruna! Kamu baik-baik saja ...... kamu aman sekarang …… ”


Dia tampak bereaksi terhadap isakan sang putri Juliana, saat dia membuka matanya dan perlahan memutar kepalanya sampai dia mengunci sosok Juliana.


"Juliana-sama ...... dimana aku ......?"


Pikirannya akhirnya mulai jernih saat dia perlahan bangkit dan melihat sekeliling.

Melihat lingkungan yang mengerikan dia tidak sengaja menatap Juliana saat dia mengingat detail dari serangan mendadak yang baru saja terjadi.


“Juliana-sama apa ada yang sakit? Apakah anda terluka ?!”


Karena Feruna menjadi terlihat sangat panik, Juliana menutup bibir Feruna untuk menanyainya.


"Aku baik-baik saja. Apakah kamu tidak terluka?"


Mendengar ucapan sang putri, Feruna ingat apa yang telah terjadi padanya dan mulai menepuk-nepuk tubuhnya sebelum menatap kembali putri Juliana.


"Juliana-sama, kenapa saya bisa selamat?"


Itu adalah pertanyaan yang tidak bisa dijawab Juliana.

Jika ingatan yang terpendam dalam pikirannya akurat, maka mereka berdua seharusnya sudah mati.


"Aku juga tidak mengerti, aku baru saja terbangun beberapa saat yang lalu ..."


Alis Juliana yang terangkat keduanya menunduk saat dia mulai sedikit mengernyit.

Tiba-tiba, teriakan suara laki-laki yang akrab menghentikan pembicaraan mereka.


"Putri!! Feruna-dono! Kalian berdua selamat!"


Pemilik suara itu adalah seseorang yang berperan sebagai komandan unit pengawal putri dalam perjalanan ini yang menuju Rinburuto Arch Dukedom, Lord Lendl.

Ketika Lendl melihat putri Juliana di dekat kereta, dia berlari ke arahnya dan mulai membungkuk sangat dalam hingga kepalanya menyentuh tanah.


“Tuan Putri, saya sangat bersyukur anda selamat! Saya harus disalahkan atas kesalahan ini, sungguh── ”

“Lord Lendl …… sekarang bukan waktunya untuk sesuatu seperti itu.”


Ketika Juliana menginterupsi permintaan maaf Lendl, dia secara perlahan bangkit dari posisi duduknya, memutar rambut pirang kuningnya disertai hembusan angin dan menolehkan kepalanya pada Lendl yang berlutut.

Lendl yang berlutut sedikit mengangkat kepalanya mendengar perkataan sang putri dan menunggu instruksi.


“Jumlah dan kecepatan reaksi musuh melebihi harapan kita sejauh ini, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Dengan berkah para dewa, kita bertiga masih bisa hidup ...... Daripada berduka atas sesuatu yang telah terjadi, kita harus fokus pada apa yang bisa kita lakukan saat ini.”

"Seperti yang anda perintahkan!"


Ketika puteri Juliana dengan pasti memandang ke depan, dia menghapus air mata dari tepi matanya dan mencoba berbicara dengan Lendl dengan nada yang positif.

Mengingat kemauan kuat sang putri, Lendl menundukkan kepalanya lagi saat menerima perintahnya.


“Kita masih setengah jalan dari perbatasan Rinburto. Karena sisa-sisa bandit mungkin masih di dekat sini, persiapan akan segera dimulai. Seperti yang direncanakan semula, kita akan melewati Hoban dan langsung menuju Rinburuto. Feruna mohon bantuannya.”

"Ya! Tentu saja!

"Tentu saja, Juliana-sama."


Tekad ketiga orang itu diperbarui ketika mereka memutuskan untuk mencapai tujuan awal mereka; Namun, tontonan mulai terjadi di hadapan mereka.

Di sekeliling medan pertempuran, satu demi satu, para tentara yang telah mati mulai bangkit dari hamparan mayat.

Lendl dengan cepat meletakkan tangannya di pedangnya dan mencoba untuk menyembunyikan putri Juliana dan Feruna di belakang punggungnya saat dia mengambil posisi bertarung.

Sudah menjadi rahasia umum undead kadang-kadang tercipta dan menyerang yang tinggal di tempat-tempat dengan tingkat miasma yang tinggi seperti medan pertempuran.

Namun, itu tidak pernah terjadi ketika undead tercipta dalam waktu kurang dari satu hari, dan tempat ini berada di tengah-tengah hutan yang sering dilalui. Karena tidak pernah secara pribadi berada di lokasi yang penuh dengan miasma, pemandangan di depannya membingungkan Lendl.


"Tolong tunggu, Lord Lendl!"


Kebingungannya terganggu oleh teriakan putri Juliana dari belakangnya. Berkat itu, Lendl benar-benar mampu menangkap pemandangan di hadapannya secara keseluruhan.

Dia hampir tidak bisa mempercayai pemandangan di depan matanya karena bawahan yang seharusnya tewas dalam pertempuran, terbangun seolah-olah mereka hanya ketiduran.

Di belakangnya, mata Juliana dan Feruna terpaku pada adegan di depan mereka dengan tak percaya.


“Komandan Lendl! Anda selamat !?”


Para bawahan yang melihat Lendl berlari ke arahnya, bahkan mereka yang dia yakini telah mati dalam pertempuran sebelumnya.


"Bukankah seharusnya aku yang bertanya tentang keselamatanmu ...?"


Setelah memperhatikan bawahannya dari atas ke bawah, dia menyadari mereka adalah orang yang sama dengan yang sering dia ajak bicara, bukan undead. Pria yang berdiri di depan kelompok memiliki lengan berlumuran darah, namun tidak ada luka yang dapat terlihat pada dirinya. Dia hanya memiliki kulit yang sedikit pucat.

Namun, ada beberapa anggota yang tidak terselamatkan.

Beberapa orang dengan sedih melihat rekan mereka yang terbakar, sementara yang lain mencoba untuk membangunkan teman-teman mereka yang sudah mati seolah-olah mereka hanya tidur.


"Saya yakin saya telah mati ... Apa yang sebenarnya terjadi?"


Bawahan dihadapannya mengajukan pertanyaan saat dia memeriksa tubuhnya.

Pria yang mulai berkumpul di sekitar mulai tertawa dan meneteskan air mata setelah mereka mengkonfirmasi keselamatan satu sama lain.

Adegan itu bisa dianggap sebagai keajaiban.


"Lord Lendl ……"


Lendl dengan hampa menatap pemandangan itu dengan takjub, sampai Juliana memanggilnya dan mengembalikan kesadarannya.

Ketika dia melihat kembali pada puteri Juliana, dia mengerti maksud yang tercermin di matanya, jadi dia memanggil bawahannya yang masih gelisah.


"Dengarkan! Yang Mulia Juliana akan berbicara!"


Dia kemudian bergeser dari hadapannya dan berlutut dengan kepala yang diturunkan.

Para tentara yang baru saja bangkit kembali berlutut dengan cara yang sama seperti Lendl setelah mendengar teriakannya.


“Semua orang, pada kesempatan ini kita tidak diragukan lagi dikalahkan oleh musuh yang tidak bisa kita tandingi. Namun, para dewa memberikan berkah pada kita, meskipun ada beberapa yang dipanggil ke surga dan tidak kembali ......”


Ada sekitar tiga puluh orang yang mendengarkan kata-katanya, yang berarti dari lima puluh orang yang dipercayakan kepadanya, dua puluh orang telah mati.

Beberapa tentara menangis saat sang putri berbicara, sementara yang lain gemetaran di tempatnya.


“Namun, kita menerima berkah dari para dewa yang harus ita teruskan! Sekarang bukan waktunya untuk menyesal, sekarang saatnya bergerak maju! Kita harus membayar para dewa atas berkah yang telah diberikan kepada kita. Demi orang-orang yang tidak lagi di antara kita, kita harus mencapai Rinburuto!”

"Ohhhhhhhhhh ー ー ー ー ー ー ー !!!!"


Para tentara berteriak penuh semangat mendengar perkataan sang puteri.

Lendl segera berdiri dan mulai memberikan instruksi kepada para kesatria dan tentara dengan cepat.


“Ganti kuda keretanya! Dapatkan kembali sebanyak mungkin kuda yang melarikan diri! Dalam kasus terburuk, temukan saja sampai cukup untuk menarik kereta berjalan! Temukan senjata apa saja yang bisa kalian gunakan!”


Masing-masing tentara mulai melaksanakan instruksi Lendl tanpa ragu, bergerak dengan terburu-buru.


[ Volume 2 Chapter 10 SELESAI ]




Like Fanspage Facebook kami supaya tidak ketinggalan update!!
😌



1 comments so far

*Berkah Para Dewa* Katanya :v
*le:Yang membangkitkan kalian itu Undead Skeleton Neng :v


EmoticonEmoticon