Translator : Sai Kuze
Saat fajar, aku melirik ke langit yang belum menunjukkan jejak-jejak sinar mentari.
Hoban terasa senyap sementara ketegangan di udara terus meningkat dan menyebar ke seluruh kota.
Satu-satunya suara yang bisa didengar adalah suara Ariane, Sil, dan kakiku saat kami berjalan menuju jembatan batu sejak kemarin.
Ketika kami tiba di pintu masuk saluran air, ada dua orang pria yang berjaga-jaga.
Sil mengangguk pada keduanya sementara dia menyelinap di antara jeruji dan memasuki saluran air.
Setelah itu, Ariane yang memegang Ponta masuk, dan aku mengikutinya saat dia berlari mengejar Sil.
Jika Ariane berjalan menyusuri saluran air tanpa ragu-ragu, maka diriku yang tak tahu arah akan seperti anak hilang di labirin bawah tanah ini jika sama sekali tak dipandu.
Ini bukanlah masalah yang sangat serius berkat 【 Transfer Gate 】.
Tidak lama kemudian, kami tiba di pintu masuk dinding yang sudah terbuka dari jalan rahasia. Sekelompok pria yang terlihat sangar berpakaian seperti tentara berkeliaran di sekitarnya.
Karena lorong itu hanya selebar satu orang, mereka mungkin sedang bersiaga sampai mereka bisa menyerbu kastil.
Kami melewati lorong yang lembab dan gelap dan menaiki tangga ke ruangan kecil remang-remang itu. Di bawah cahaya lampu, satu regu pria yang terlihat menyedihkan berjejer disana.
Setiap dari mereka mengenakan armor kulit ringan dan mereka semua memiliki ekspresi tegang sembari menggenggam senjata mereka dengan erat.
Labatt sedang duduk di atas tangga yang menuju kearah kastil, mengenakan armor pribadinya.
“Yo, kalian datang. Beberapa mantan bawahanku juga ikut serta dalam pemberontakan. Jika kalian melihat kain putih melilit lengan kanan penjaga maka mereka adalah sekutu kita."
"Hoo, jadi kau dulunya penjaga ......"
“Kalian terkejut mengetahui mantan komandan penjaga mengambil bagian dalam hal ini? Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memberontak melawan feudal lord.”
Labatt tertawa ketika dia memutar kumisnya.
"Apa saja rencananya begitu kita memasuki kastil?"
Dari dalam jubah abu-abunya, mata emas Ariane mengintip keluar saat dia mengajukan pertanyaan.
“Begitu kita masuk, kita akan membagi menjadi dua kelompok. Ujung lorong ini terhubung ke gudang yang terletak di antara gudang peralatan dan gerbang kastil utama. Kelompok pertama akan merebut kendali jembatan dan membawa dukungan dari luar, sedangkan kelompok kedua akan menyerang penjaga yang ditempatkan di sini sehingga kelompok luar tidak perlu takut. Setelah itu, prioritas utama kita adalah mengumpulkan semua orang di gerbang kastil dan menghancurkannya.”
Dia berkata begitu sembari mengambil bola seukuran kepalan tangan dari saku dadanya.
Bola hitam sepertinya merupakan kombinasi dari dua buah setengah bola yang diikat menjadi satu dengan tali. Itu sedikit menyerupai kue nastar.
"Kristal sihir peledak!"
Ariane membuka matanya dengan terkejut ketika dia melihat bola itu.
“Pengetahuan Onee-chan ini luas juga. Benda ini bisa dengan mudah meledakkan gerbang kastil hingga terlepas dari engselnya.”
"Aku mendengar kristal sihir peledak menggunakan batu sihir sebagai pemicu ledakannya dan harganya cukup mahal ...?"
“Ini suvenir dari kolaborator kami di ibukota. Orang mengeluarkan lusinan koin emas untuk ini."
Kristal sihir peledak itu seperti granat tangan bertenaga sihir. Kolaborator di ibukota pastilah bangsawan berperingkat tinggi dengan banyak dana sampai-sampai mengirim sesuatu seperti itu ke orang-orang ini.
"Aku berasumsi kita akan segera memulainya……"
Saat kata-kata Labatt menghilang, pria-pria tegang di ruangan itu secara alami memusatkan perhatian mereka padaku.
Terdorong oleh pandangan mereka, aku menaiki tangga di belakang ruangan dan meletakkan tanganku di panel langit-langit.
Ketegangan di ruangan itu meningkat ke tingkat yang lebih tinggi ketika pria-pria itu menelan air liur mereka dan memfokuskan mata mereka pada tanganku.
Ketika aku mendorong panel dengan sedikit kekuatanku, aku mendengar gemuruh berat saat dibuka.
Ketegangan yang memenuhi ruangan dari tadi berubah menjadi keterkejutan ketika Labatt mulai memberikan instruksi kepada anak buahnya sembari tertawa dengan geli.
"Luar biasa, tetapi kita semua memiliki pekerjaan sendiri untuk dilakukan. Dua orang mengunci mekanisme yang memasang panel plafon. Empat orang berdiri mengawasi gudang ini, Sil turun dan memanggil mereka yang menunggu di bawah."
"Aku mengerti!"
Sil menanggapi dengan semangat tinggi sebelum dia berlari keluar ruangan untuk memanggil orang-orang yang menunggu di luar.
Setelah mendengarkan perintah Labatt, pria-pria di ruangan itu mulai dengan tenang berjalan menuju kastil satu demi satu.
Panel di atas lorong rahasia terpasang pada katrol yang terhubung ke langit-langit gudang dengan rantai. Dua pria menarik rantai untuk mengangkat panel sebelum mereka mengikatnya dengan tali.
Begitu aku yakin panel itu sudah terpasang, aku perlahan-lahan melepaskan tanganku dan membiarkan pria-pria itu keluar dari lorong satu per satu.
Kami sepertinya berada di sebuah ruangan rahasia di dalam sebuah gudang, karena ketika pintu ruangan dibuka, kami melihat tumpukan peralatan menghalangi jalan.
Empat pria membuka celah dari tumpukan peralatan sehingga seseorang bisa keluar dan menyelinap ke area utama, sementara anggota regu penyerang sedang mempersiapkan peralatan mereka.
Ketika salah satu dari empat pria di pintu memberi isyarat tangan, Labatt dengan tenang mengangguk sebelum memberi sinyal pada regu penyerang.
Para pria kemudian menyelinap melewati pintu ke area utama sebelum membelah menjadi dua tim.
Begitu berada di luar, kelompok-kelompok itu bermaksud mengamankan gerbang dan jembatan kastil menuju tujuan masing-masing dengan setengah meringkuk di dinding. Begitu kelompok kastil tiba, seseorang dengan busur menembakkan panah ke penjaga yang ditempatkan di dinding kastil.
Panah mengenai tenggorokan penjaga dan menyebabkannya terjatuh.
Panah kedua ditembakkan dan berhasil mengenai targetnya, tetapi sebelum jumlah penjaga dapat dikurangi lebih banyak, mayat yang terjatuh dari dinding mendarat dengan suara tabrakan yang bergema di seluruh area.
Seseorang di dinding menyadari suara itu dan memerintah sekelompok penjaga menghampiri lokasi penjaga yang barusan menghilang.
Tidak lama kemudian, suara logam bernada tinggi dari bel dering terdengar di seluruh kastil.
Teng, Teng, Teng, Teng.
Tiba-tiba alarm mulai berbunyi di seluruh kastil.
Di bawah cahaya redup pagi hari, suara benturan pedang yang keras secara bertahap meningkat.
Teriakan bergema ketika para penjaga dan kelompok yang dikirim untuk menyerang kastil saling bentrok.
Di belakang seorang penjaga yang telah mengepung salah satu pemberontak, penjaga lain datang bergegas untuk bergabung dalam pertempuran. Namun, penjaga itu memiliki kain putih yang diikat di lengan kanannya dan akhirnya menusuk penjaga pertama dari belakang.
Ariane dan aku perlahan-lahan berjalan di sekitar gudang peralatan yang dipenuhi kekacauan, mencari tempat-tempat di mana para elf yang ditangkap mungkin ditawan.
Entah karena aku yang terlalu mencolok berjalan dengan jubah hitam, kadang-kadang seorang penjaga mencoba menyerangku. Setiap kali hal itu terjadi, aku dengan ringan akan mengetuk kepala mereka, menyebabkan mata mereka memutih saat mereka pingsan.
『 ─Explode. Bunuh musuhmu─ 』
Di depan gerbang kastil, sekelompok pria yang berusaha mempertahankannya, ketika sebuah lantunan diucapkan dan bola hitam dilemparkan ke arah gerbang.
Ketika ledakan menderu dan ledakan api meledak di dekat pintu gerbang, para penjaga di sekitarnya ternganga.
Begitu asap mengendap, gerbangnya sedikit goyah tetapi tetap berdiri. Sementara engsel bawah gerbang hancur, engsel atas masih utuh.
"Sialan! Padahal kekuatannya sudah cukup, tetapi waktunya sudah habis! ”
Labatt misuh-misuh ketika dia dengan pahit menatap gerbang.
(TL Note: misuh-misuh sama dengan ngomong kasar)
Dibutuhkan sesuatu seperti granat tangan untuk menargetkan dan menghancurkan engsel atas.
"Dorong!! Gerbangnya sebentar lagi hancur! Dorong!!"
Ketika Labatt meneriakan perintahnya, orang-orang di sekitarnya menyelesaikan penjaga yang tersisa sebelum berkumpul untuk menghancurkan gerbang.
“Pertahankan gerbang sampai mati !! Yang lain akan menghujani panah dari atas dinding !!”
Dari sisi lain gerbang, seseorang yang mungkin adalah kapten penjaga memerintahkan pasukannya untuk berperang melawan pemberontak.
Setelah itu, tentara segera tiba di benteng dan mulai menembakkan panah pada pemberontak di bawah. Namun, setiap kali pemberontak ditembak jatuh yang lain siap untuk mengambil tempat mereka.
Situasi ini membuat kedua belah pihak menemui jalan buntu di gerbang kastil.
Kami tidak bisa menunggu selamanya untuk pertandingan yang mendesak ini berakhir.
"Minggiiiiiiiiirrrrrrrr !!!"
Ketika aku berteriak sembari berlari ke tengah gerbang, orang-orang dengan cepat membelah.
Bahuku menjadi biru pucat ketika aku berlari dengan kecepatan penuh dan mengaktifkan kemampuan warrior 【 Shoulder Smash 】. Sebuah lubang besar muncul di gerbang dan para penjaga yang mendorong ke sisi lain dari gerbang itu terlempar seperti daun-daun di angin musim gugur.
Untuk sesaat area itu menjadi sunyi dan hanya suara pertempuran di luar gerbang kastil yang bisa terdengar.
"Gerbang terbuka !! Serannnnnngg !!”
Begitu saat-saat hening itu berlalu, Labatt berteriak sekeras yang dia bisa sebelum berlari menuju sisa-sisa gerbang.
Orang-orang mendapatkan semangat mereka ketika moral mereka terangkat dan mereka segera mengikuti Labatt dan mulai menikam para penjaga yang masih dalam keadaan syok.
Ketika tempat itu melebur dalam kekacauan, aku mendengar sorak-sorai gembira dari belakang.
Jembatan gantung di gerbang depan mungkin telah diturunkan.
Tak lama kemudian, gemuruh dapat dirasakan dan teriakan perang terdengar mendekat, menyebabkan moral mereka yang sudah membobol kastil semakin naik.
Para penjaga yang awalnya mencoba bertempur segera berpencar-pencar.
Akan lebih baik jika mereka lebih ulet dalam pertempuran ini, seperti dalam RPG di mana bos tersembunyi akan keluar, tapi itu tidak mungkin.
Kadang-kadang, beberapa penyihir akan mencoba melemparkan mantra ke arah kami, namun, mereka dengan mudah ditangani oleh para pemanah.
Sekarang kita hanya perlu menuju kastil untuk menemukan tujuan kami.
"Ariane-dono, kita harus mulai menuju kastil."
"Ya."
Setelah berbicara, Ariane mengikuti di belakangku dan kami berdua dengan cepat menuju kastil.
Kedua pintu kastil sudah lepas dari engselnya, dan penjarahan sudah dimulai.
"Orang-orang ini melakukan pemberontakan untuk menjatuhkan tirani kan?"
Ariane mengangkat alis saat dia melihat keadaan saat ini.
Yah semua orang tidak hanya memberontak dengan alasan yang mulai, dan dapat dikatakan itu juga tontonan yang sering dilihat secara komparatif dalam sejarah umat manusia.
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa terhadap mereka karena aku melakukan sesuatu yang serupa di Diento belum lama ini.
Ketika aku melihat seorang pria mengejar seorang pelayan wanita dengan pedang, aku menjegal kedua kakinya dari bawah ketika dia lewat.
Pertama-tama, kita harus memeriksa penjara bawah tanah.
Kami segera menemukan tangga ke ruang bawah tanah yang gelap.
Para penjaga sudah melarikan diri. Sel-sel penjara berjejer satu sama lain, dan sementara kami melihat seorang lelaki tua dan lelaki berjanggut dari usia yang tidak diketahui, tidak ada tanda-tanda keberadaan para elf.
Ketika kami terus menyusuri kastil secara menyeluruh, kami akhirnya menemukan apa yang kami cari di sudut ruangan di lantai tiga.
Di tengah-tengah ruangan kelas atas terdapat sangakr besar yang berbenturan dengan interior ruangan dan di dalam sangkar, seorang perempuan elf dengan tenang duduk di kursi.
Dia memiliki rambut pirang berwarna hijau dan telinga elf panjang dan dia mengenakan kerah hitam di lehernya, serta gaun sutra tipis. Sementara dia melihat ke depan, mata hijaunya tidak fokus pada kami.
“Aniki, apa itu elf sungguhan !? Ini adalah pertama kalinya aku melihatnya! ”
“Hah hoh, cepat cari kuncinya! Cepat sebelum orang lain membawanya !!”
Dua lelaki yang datang ke sini sebelum kami mulai mencari kunci agar mereka bisa membawa pulang perempuan itu sebagai piala perang.
"Sayangnya, dia adalah salah satu orang yang kami cari, jadi silakan pergi."
Aku memanggil keduanya dari belakang.
"Hah!? Itu tidak adil, kau mencoba untuk mengambil piala perang kami!! ”
Lelaki berbadan tegap yang disebut Aniki itu menunjukkan ekspresi canggung ketika dia meneriakan perempuan itu adalah hadiah mereka.
Berdasarkan cara dia memandang, jelas dia pasti melihat bagaimana aku meniup gerbang sebelumnya, dan kenyataan bahwa dia takut padaku.
Ketika aku hanya mengambil langkah ke depan, pria itu secara refleks menarik pedangnya dan mengambil posisi bertarung.
Dia sepertinya menginginkan pertarungan fisik, jadi aku mengambil satu langkah ke depan dan memberikan pukulan balik ke pelipis pria itu.
Pria itu langsung kehilangan kesadaran dan jatuh ke lantai.
"Bajingan! Bukankah kita sekutu! Untuk apa kau melakukan itu !!”
Berbeda dengan yang lain, pria ini tidak takut, dan ia menyerang dengan sikap bermusuhan yang jelas. Jadi, aku meninju wajahnya cukup keras untuk menghancurkan beberapa gigi dan melemparkannya ke dinding belakang.
"Meskipun kita bekerjasama, aku tidak ingat menjadi sekutu."
Karena aku menahannya, dia seharusnya tidak mati karena itu.
Sementara aku bermain dengan mereka berdua, Ariane telah menurunkan tudungnya dan mendekati sangkar.
"Kami datang untuk menyelamatkanmu."
Para wanita bangkit dari kursinya karena terkejut ketika dia menyadari Ariane adalah dark-elf.
"Aku tidak pernah berpikir bantuan akan datang ... Kurasa kau ada hubungannya dengan kebisingan di luar?"
“Ada pemberontakan melawan feudal lord. Sekarang ayo kita keluar dari sini sebelum semuanya terlambat. Apakah kau tahu di mana kuncinya?"
"Feudal lord yang membeliku selalu membawanya."
Para wanita menjawab pertanyaan Ariane dengan frustrasi.
"Ariane-dono."
Itu akan membuang-buang waktu untuk mencari kunci di tengah pemberontakan ini, dan selain itu, lord bahkan mungkin tidak memilikinya lagi.
Mungkin menyadari tujuanku, Ariane menjauh dari kandang.
"Aku akan mengeluarkan kalian sebentar lagi."
Hanya mengatakan itu, aku meraih jeruji sangkar dan mulai menariknya.
Aku mendengar suara logam yang berderit ketika batang besi berangsur-angsur membengkok.
〈Funnu!〉
Aku hanya ingin membuat celah di antara batang jeruji; Namun, dengan suara gertakan yang keras, jeruji patah dan menyisakan diriku yang memegang kedua batang jeruri.
Sangkarnya tidak bisa menahan tekanan kuat. Aku tidak tahu apakah bahan pembuatannya murah, atau apakah teknik pembuatan besi dunia ini terlalu rendah.
Wanita di sangkar menatapku dengan terkejut dan tidak mengatakan apa-apa saat aku menghancurkan dua batang lagi.
Ketika sangkarnya benar-benar hancur, perempuan itu dapat meninggalkannya dengan mudah.
Sementara aku melepaskan kerah dari lehernya, sebuah teriakan nyaring terdengar dari luar ruangan.
"Aku sudah membunuh Earl Ferris De Hoban!!!"
Entah bagaimana semuanya sudah selesai.
Karena kami tidak lagi punya alasan untuk menetap disini, Ariane dan aku mengangguk satu sama lain sebelum aku mengaktifkan 【 Transfer Gate 】 untuk menteleportasikan kami ke Raratoia, meninggalkan Hoban.
[ Volume 2 Chapter 15 SELESAI ]
Like Fanspage Facebook kami supaya tidak ketinggalan update!!
😌
2 comments
Lanjutkan min
minggu
EmoticonEmoticon