Translator : Sai Kuze
Hari berikutnya, Ariane dan aku berteleportasi ke lokasi yang menghadap gerbang kota Hoban menggunakan 【 Transfer Gate 】. Kami tidak berlama-lama, lalu aku langsung mulai menggunakan 【 Dimensional Step 】 berulang kali untuk melanjutkan perjalanan ke arah ibukota Rhoden.
Elf yang kami selamatkan kemarin berada di rumah Dylan di Raratoia dan bersiap untuk meninggalkan desa keesokan harinya.
Tadi malam aku benar-benar menikmati hidangan lezat dan mandi di rumah Ariane. Ketika aku mendapatkan sebuah rumah, aku akan memastikan diriku akan menikmati yang namanya mandi.
Ribuan koin emas di tas karungku juga menjadi alasan keinginanku yang bertambah untuk membeli rumah sendiri.
Ibu Ariane, Glenys, mengatakan aku bisa datang dan pergi sesuka hati, tetapi ada sesuatu yang mencegahku menerima undangan itu.
Alasan untuk itu adalah syarat yang melekat pada tawaran itu, yaitu Ponta harus menemaniku.
Aku hanya bisa menyerahkan itu kepada Ponta karena kemampuannya menjerat hati wanita dan anak-anak.
Ponta berada di tempat biasanya di atas pelindung kepalaku, dan dia kadang-kadang menguap ketika dia menatap pemandangan sesaat setelah berteleportasi.
Biasanya perlu dua hari perjalanan dengan kereta untuk mencapai ibukota Hoban, tetapi kami bertiga bahkan tidak perlu setengah hari karena menggunakan 【 Dimensional Step 】.
Selain itu, satu-satunya pemandangan di sekitar sini adalah dataran yang tenang dan sesekali desa dan ladang mereka. Dengan 【 Dimensional Step 】, jarak sejauh apa pun dapat dengan mudah dilalui.
Karena jalan utama menuju ibukota memiliki banyak lalu lintas pejalan kaki, aku berteleportasi sedikit ke sisi jalan sehingga kami tidak terlihat.
Sepanjang jalan, kami menemukan sungai besar yang mengalir ke selatan dari utara.
Mendekati pinggiran sungai, aku bisa melihat arus tenang yang dapat memantulkan sinar matahari dari air.
Tak berapa lama kami menemukan jembatan besar yang dibangun di seberang sungai, dan yang terlihat di baliknya adalah kota besar yang luas.
Meskipun sulit untuk menggambarkan pemandangan yang terbentang di depan mataku, ibukota, yang dipisahkan menjadi empat lapisan oleh dinding yang dibangun di dalamnya, sepertinya merupakan lambang arsitektur yang lazim di wilayah manusia.
“Ini adalah mahakarya ……”
Ketika lidahku tergelincir ketika melirik kota, Ariane memiringkan kepalanya dengan bingung.
"Apa itu tadi?"
"Hmm, bukan apa-apa."
Aku menggelengkan kepalaku saat menjawab pertanyaan Ariane sebelum aku sekali lagi menatap ke depan.
Kami berjalan menuju jalan utama dan berbaur dengan kerumunan yang menuju kota.
Alasan utama kami menuju Olav adalah untuk mengumpulkan informasi yang akan digunakan pada operasi kedepan.
Kami masih memiliki beberapa nama dalam kontrak penjualan yang perlu kami perhatikan: Londes De Lanbaltic dan Drusus De Barishimon.
Karena Hoban akan terdapat kekacauan setelah pemberontakan, kami memutuskan pergi ke ibukota untuk mencari informasi tentang dua nama yang tersisa.
Di kejauhan, aku bisa melihat bayangan banyak orang dan kereta-kereta melintasi jembatan besar yang dibangun di atas Sungai Rydell di depan ibukota.
Di sisi lain jembatan, jalan menuju kota itu mirip dengan yang ada di Diento. Namun, tidak seperti Diento, distrik perkotaan kota ini membentang ke bagian ketiga dan keempat.
Setelah melintasi jembatan yang menyeberangi Sungai Rydell, dinding ibukota kerajaan menjadi terlihat.
Dinding tingginya lebih dari 30 meter dan pepohonannya sedikit, tidak seperti yang mengelilingi Raratoia, membuat dinding-dinding itu tampak lebih tinggi.
Saat ini kami mendekati gerbang timur setinggi 10 meter dan seseorang bisa mengetahui betapa makmurnya kota ini hanya dengan melihat banyaknya kereta dan orang-orang yang melewatinya.
Ariane dan aku bergabung dengan antrean pejalan kaki yang ada di sebelah antrean kereta dan menunggu sembari mengamati ombak manusia yang memasuki gerbang.
Tidak lama sebelum kami menyadari diri kami sudah berada di depan para penjaga.
Penjaga itu tidak memberiku lebih dari pandangan kosong dan singkat sebelum dia mulai secara otomatis melafalkan frasa yang pasti dia ucapkan berkali-kali hari ini.
"Identifikasi atau biaya masuk 1 sek."
Penjaga itu berbicara dengan nada seperti pedagang dan diam-diam memberi isyarat agar kami melewati gerbang setelah aku menyerahkan 2 koin perak sebelum ia berpindah ke orang berikutnya dalam antrean.
Aku menatap gerbang besar yang terbuka saat kami memasuki ibukota Kerajaan Rhoden untuk pertama kalinya.
Jalan di luar gerbang itu sama lebarnya dengan pintu gerbang dan diaspal dengan batu. Toko-toko berjejer di kedua sisi jalan dan sejumlah besar orang yang lewat memberi kesan berada di mall-mall besar.
Orang-orang mengenakan berbagai pakaian yang berbeda dan hiruk-pikuk keramaian menghidupkan suasana ibukota.
Pergerakan Ponta yang gelisah berpindah-pindah di atas kepalaku saat dia melihat pemandangan.
Namun, ibukota mulai menunjukkan tanda-tanda permasalahan dengan memiliki kepadatan populasi yang tinggi. Seperti kata pepatah, “Kebakaran dan perkelahian bermekaran di Edo.”, dan itu menjadi semakin jelas ketika kami mendekati pasar yang ramai.
Kami menemukan sekelompok pria berotot yang bertarung melawan satu orang, dan kemungkinan pria yang sendirian itu seharusnya berada pada posisi yang kurang menguntungkan.
Namun bukan itu masalahnya karena pria yang kalah jumlah itu tingginya lebih dari dua meter, mengenakan topi seperti turban di kepalanya dan selembar kain menutupi mulutnya. Tubuh bagian atasnya telanjang, kecuali jubahnya, otot yang terlihat sekuat baja.
(TL Note: Topi yang dipakai Aladin)
Meskipun di kerumunan besar, kehadiran pria itu bisa dirasakan sampai disini dan untuk sesaat aku bahkan berpikir aku melihat Sang Penakluk dari Century's End.
(TL Note: referensi game)
“Da-Dasar brengsek! Jangan berpikir kau bisa memasuki wilayah kami dengan sikap sombongmu itu!!”
Penjahat-penjahat itu berusaha memasang keberanian terbesar mereka di depan Sang Penakluk dari Century's End yang memakai turban, mencoba untuk mengatasi ketegangan, tetapi akhirnya hanya membuat mereka terlihat lebih menyedihkan. Dalam perselisihan wilayah seperti ini, ada konsepsi bahwa diremehkan akan menghasilkan kekalahan.
Namun, sang penakluk entah tidak mengingat perjanjian itu atau tidak melihat orang-orang itu sebagai ancaman, ia hanya melirik ke bawah ke arah orang-orang itu sekali sebelum mencoba untuk melanjutkan.
"Bajingan jangan abaikan kami!!"
Tiba-tiba situasi mencapai titik didih ketika para penjahat yang mengelilingi sang penakluk menarik belati mereka.
Para penonton yang melihat pertumpahan berdarah yang akan terjadi mulai berteriak ketika mereka mundur.
Namun, yang terjadi selanjutnya adalah teriakan orang-orang yang telah membentak sang penakluk. Lelaki dengan turban itu berhasil mendekati dua penjahat dan mengangkatnya dan seperti mencengkram kepala mereka.
“Gyaaaaaaaaa !! Kepalaku! Kepalaaaaaku!! ”
"Hentikan dia!! Hentikan dia!!!"
Kedua pria itu berusaha melepaskan diri sembari mereka berteriak kesakitan ketika sang penakluk yang mengenakan turban tanpa ampun mengencangkan cengkeramannya pada tengkorak mereka, sampai pada titik di mana suara sesuatu yang retak dapat didengar.
Penampilan perbedaan kekuatan yang luar biasa ini menyebabkan orang-orang di sekitarnya tidak bergerak ketika mereka penasaran apakah tengkorak kedua pria itu mungkin hancur.
"Dasar bajingan sialan!! Apa yang kau lakukan!!”
Mendengar semua keributan itu, para penjaga mulai mendekati daerah itu sembari mendorong kerumunan menjauh. Setelah melihat penjaga, para penonton mulai menyebar ke segala arah.
Ketika aku menoleh ke belakang, aku melihat Sang Penakluk dari Century's End telah menghilang juga, tidak meninggalkan apa-apa selain dua orang yang tidak sadar dengan selangkangan mereka yang basah.
"Sungguh tempat yang menjijikan ......"
Sembari mengerutkan kening karena bau urine, Ariane menghela napas dari balik jubahnya.
"Karena tempat biadab seperti ini lebih nyaman, penuh dengan begitu banyak orang, dan mudah tersesat."
Ariane dan aku sedang melakukan pertukaran kalimat saat kami berjalan menjauh dari tempat kejadian.
"Pertama, mari kita cari penginapan untuk tidur, lalu kita akan berpencar untuk mencari beberapa informasi ……"
"Baik……"
Aku setuju dengan Ariane yang terlihat lelah ketika kami berjalan melewati kota sembari mendiskusikan rencana masa depan kami.
Setelah berjalan di jalanan sebentar, aku menepuk lengan salah satu pejalan kaki dan menanyakan arah.
“Permisi, aku sedang mencari penginapan. Apakah kau tahu penginapan yang bagus?"
"Hah? O-Oh …… Yah, bukankah seharusnya seorang kesatria sepertimu bisa menginap di distrik kedua?”
Mata pemuda itu melotot terkejut ketika seorang ksatria aneh mulai berbicara kepadanya, tetapi dia berhasil memberikanku respon yang tepat.
Menurut pemuda itu, kami sekarang berada di distrik keempat dan dengan status yang lebih tinggi dan semakin banyak kekayaan yang kau miliki memungkinkanmu untuk bergerak lebih dekat ke pusat kota.
Hanya bangsawan yang diizinkan tinggal di distrik pertama dan jarang ada orang awam melewati gerbang itu.
Setelah berterima kasih kepada pemuda itu dengan koin perak, Ariane dan aku melanjutkan perjalanan di jalan utama.
Jalan utama membentang dari gerbang timur sampai ke gerbang kedua, dan beberapa saat kemudian kami menemukan jalan ke gerbang distrik ketiga.
Gerbang itu tingginya sekitar dua puluh meter dan bahkan dinding di sebelah kiri dan kanannya cukup bagus. Ada berbagai toko di sepanjang dinding yang mirip dengan toko-toko yang didirikan di bawah jembatan pusat kota.
Keamanan di kedua sisi gerbang tidak terlalu mengesankan, hanya memiliki pos penjaga di setiap sisi. Ketika kami melintasi gerbang, suara-suara lain dari orang-orang yang berjalan dengan tenang, tetapi jumlahnya tetap tidak berubah terlalu banyak.
Namun, tidak seperti bangunan kayu yang memenuhi distrik keempat, bangunan di distrik ketiga terbuat dari batu dan disusun dengan bentuk yang cukup elegan.
Karena kami akan lebih terlihat di distrik-distrik yang lebih mewah, kami memutuskan untuk mencari penginapan di sini.
Keluar dari jalan utama dan berjalan menyusuri jalan-jalan yang dipenuhi deretan toko, kami akhirnya tiba di jalur air yang besar. Gondola yang membawa orang dan barang bawaan bolak-balik di sepanjang jalur air memberi kesan berada di Venesia.
Ada jembatan batu yang akan dilewati gondola, dan mengarah ke daerah perumahan.
Jalan itu tidak sepadat jalan utama dan diantara pertokoan ada restoran dan penginapan di sepanjang jalan.
Kami memasuki salah satu penginapan bertingkat tiga dan memesan kamar terpisah untuk Ariane dan aku sendiri.
Karena penginapan malam ini sudah diurus, Ariane dan aku berpisah setelah meninggalkan penginapan dan mulai mengumpulkan informasi di kota.
Karena kota itu lebih besar dari kota biasa, aku memutuskan untuk berjalan di jalan utama sehingga aku tidak tersesat.
Selain itu, aku tidak yakin bisa mendapatkan banyak informasi di gang-gang belakang──, aku berjalan di jalan utama karena alasan itu.
Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan mendapatkan begitu banyak masalah dengan pengumpulan informasi.
Karena Ferris De Hoban seorang bangsawan dengan kota yang dinamai dengan nama keluarganya, kemungkinan dua orang yang tersisa adalah raja dengan kota mereka sendiri yang dinamai menurut nama mereka.
Jika itu masalahnya, maka aku hanya perlu mencari kota dengan nama Barishimon dan Lanbaltic.
Cara termudah untuk menemukan informasi ini adalah berbicara dengan beberapa pedagang, karena itu merupakan persyaratan menjadi pedagang untuk memiliki pengetahuan tentang hal-hal semacam itu.
Dengan mengingat hal itu, aku menelusuri kembali jalan menuju penginapan karena itu tempat terbagus untuk memulainya.
Aku berbelok ke sudut terakhir dan menemukan deretan pertokoan yang berjajar di dinding distrik ketiga.
Banyak toko menawarkan berbagai macam buah dan sayuran, menyebabkan Ponta mengibas-ngibaskan ekornya dengan cepat di atas kepalaku.
"Kyun!"
Ponta mulai semakin gelisah ketika kami mendekati sebuah toko.
Seorang lelaki tua sedang menjual beberapa buah beri kering di tokonya. Aroma pahit-manis yang berasal dari tong penuh beri sepertinya sangat merangsang hidung Ponta.
"Pak tua, tolong dua cangkir beri. Taruh di sini …… ”
Aku meraih sesuatu di dalam tasku dan menyerahkan kantong kulit kecil kepada lelaki tua itu.
"Ya. Segera, Knight-sama.”
Meski agak lambat, lelaki tua itu menaruh buah kering ke dalam kantong yang aku berikan padanya.
"Oh ya, pak tua. Aku punya pertanyaan. Apakah kau tahu di mana wilayah Lanbaltic atau Barishimon yang terhubung dengan kota ini."
Ketika aku menanyakan pertanyaan pada lelaki tua itu dia memiringkan kepalanya sedikit sebelum menganggukkan kepalanya seolah dia ingat sesuatu.
"Oh, aku tahu lokasi di mana Lanbaltic. Ambilah jalan utama dari gerbang barat untuk mencapai kota pelabuhan Lanbaltic."
"Hoo? Ke arah barat. Seberapa jauh jaraknya?"
Lelaki tua itu melipat tangannya dan mengerutkan alisnya saat dia memandang ke langit.
"Hmm〜 itu akan sekitar enam hari dengan kereta ......"
Itu jarak yang cukup jauh jika dibutuhkan enam hari dengan kereta......
"Apakah kau mengetahui sesuatu tentang Barishimon?"
"Maaf, aku belum pernah mendengar tentang itu—"
Pria tua itu memandangi langit sebentar sebelum menggelengkan kepalanya.
"Begitu ya. Jangan terlalu dipikirkan, pak tua. Ini untukmu.”
Aku memberi orang tua itu lima koin perak untuk sekantung beri dan informasi tadi.
Mata lelaki tua itu melotot terkejut ketika dia melihat koin-koin itu tetapi dia segera memberiku seringai lebar.
Ketika aku meninggalkan tokonya, aku mulai memberi makan Ponta buah beri kering. Aku mengunjungi toko-toko lain untuk mencoba mengumpulkan informasi tentang Barishimon, tetapi sepertinya tidak ada yang pernah mendengar nama itu.
Aku berhasil menemukan beberapa informasi lebih lanjut tentang Lanbaltic, tetapi aku tidak dapat menemukan apa pun tentang Barishimon. Ketika aku mulai berpikir bahwa kami memiliki nama yang salah, seseorang memanggilku dari belakang.
"Lama tidak berjumpa."
Ketika aku melihat ke belakang, aku melihat seseorang yang pernah aku jumpai di suatu tempat sebelumnya.
[ Volume 2 Chapter 16 SELESAI ]
Like Fanspage Facebook kami supaya tidak ketinggalan update!!
😌
1 comments so far
LANJUT MIN
EmoticonEmoticon